I. PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Ternak dipelihara oleh masyarakat Indonesia secara turun temurun untuk membantu pekerjaan manusia. Pada masyarakat pulau Jawa, ternak yang lebih besar digunakan sebagai hewan yang digunakan tenaganya untuk mengolah sawah. Sebelum ada traktor, ternak kerbau memiliki fungsi amat besar dalam produksi padi. Meskipun ada mekanisasi pertanian menggunakan traktor, penggunaan kerbau masih diperlukan untuk sawah dengan terasering yang berundak-undak. Pemanfaatan ternak sebagai alat transportasi diperkirakan berkaitan dengan pengangkutan hasil-hasil pertanian seorang petani.
Usaha efisiensi usahatani pertanian di Indonesia masih dapat ditingkatkan dengan teknologi madya. Salah satu teknologi madya ini diantaranya dengan penggunaan bajak yang ditarik kerbau untuk mengolah lahan usahatani. Keuntungan penggunaan kerbau sebagai tenaga kerja diantaranya, modal yang diperlukan masih dapat dijangkau oleh petani, dapat berkembang biak, biaya produksi relatif rendah, penghasil pupuk kandang. Secara umum dapat digandakan bahwa dengan membudidayakan ternak kerja (sapi/kerbau) tidak ada nilai penyusutan, bahkan yang dihasilkan adalah nilai tambah yang cukup berarti untuk peningkatan pendapatan petani peternak.
Penggunaan tenaga kerja ternak sudah sejak dahulu clikenal oleh petani-petani di Indonesia. Pemanfaatan ternak untuk mengolah lahan ada yang menggunakan bajak/garu atau dengan menginjak-injak lahan sawah (merancah). Perbedaan tatalaksana pengolahan tanah disamping karena bersifat turun-temurun juga tingkat adopsi teknologi pengolahan tanah. Mengenai kemampuan kerja ternak sapi/kerbau dalam mengolah tanah untuk usahatani pertanian, faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja clan modal) yang ditujukan kepada perolehan produksi pertanian, baik yang didasarkan pada usaha pencarian keuntungan maupun yang bukan Fungsi ternak dalam sistem usahatani tergantung pada tujuan usahatani secara menyeluruh yakni kecukupan pangan, peningkatan pendapatan serta menjamin kelestarian usahatani itu sendiri. Hubungan antara usaha ternak clan usahatani pertanian tertera pada nampak bahwa ternak ruminansia besar cukup berperan dalam membantu usahatani pertanian yakni sebagai sumber tenaga kerja clan pupuk kandang. Disamping itu ternak ruminansia dapat memanfaatkan vegetasi alam clan limbah pertanian untuk diubah menjadi hasil ternak yang bermutu tinggi.
I.2. Permasalahan
I.2.1.Peralihan penggunaan ternak kerja ke mesin traktor
I.2.2.Manajemen pemeliharaan yang masih buruk
I.2.3.Upah tenaga kerja yang minim dan daya tahan terhadap panas lebih rendah
II. PEMECAHAN MASALAH
II.1. Peralihan ternak kerja ke mesin traktor
Peranan sumberdaya ternak telah terbukti nyata sejak kehidupan manusia primitif sampai ke tingkat kehidupan modern, sekalipun hampir keseluruhan diganti dengan mesin traktor. Ruang lingkup dan tingkat peranannya bervariasi menurut tingkat kehidupan dan sistem usahatani di tiap daerah. Fungsi biologi ternak dalam daur ulang energi dan material dari “biospektrum” menempatkan ternak dalam kedudukan yang patut mendapatkan perhatian yang lebih seksama dalam pengelolaan sumber daya. Ternak kerbau yang dikenal sebagai ternak memamah biak atau ruminasia, memiliki fungsi sebagai penghasil daging dan hasil ikutannya, maka pupuk dan tenaga kerja untuk mengolah tanah merupakan bahan-bahan dan jasa yang diberikan untuk kesejahteraan manusia.
Fungsi ternak menurut jenis ternaknya, kerbau dipelihara petani untuk membantu mengolah tanah dan kalau sangat mendesak dapat dijual oleh petani. Penggunakan kerbau sebagai ternak kerja dibanding mesin traktor adalah konservasi tanah lebih baik, karena rumput-alam hijauan pakan ternak lainnya dapat menutupi tanah sepanjang tahun, yang berarti dapat mengurangi bahaya erosi.
Karena selama ini fungsi ternak cukup luas dan peranan ternak cukup tinggi, antara laiin :
1.1. Meningkatkan lapangan kerja dan intensitas usaha petani peternak, pedagang ternak dan produk ternak.
1.2. Energi asal ternak dan penggarapan lahan maksimal, terutama di daerah transmigran dan topografi tanah yang berundak undak.
1.3. Pupuk asal ternak cukup tersedia sehingga akan menunjang usaha di bidang pertanian lainnya.
1.4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam meningkat
Tampak jelas bahwa manfaat ternak kerbau memiliki manfaat di peternakan dan tidak terbatas di subsektor ini saja (Soewardi, 1977). Peranan ternak dalam usahatani perlu dijabarkan lebih terperinci sehingga memungkinkan penetapan dan cara memanipulasi perubah penentu dalam rangka pengembangan ternak secara terpadu.
II.2 Manajemen Pemeliharaan
Produktivitas ternak sangat tergantung dari faktor manajemen yang diterapkan pada ternak tersebut, selain faktor genetik yang dimiliki oleh ternak itu sendiri. Manajemen peme- liharaan sangat tergantung dari kondisi alam maupun kondisi pakan yang tersedia sepanjang waktu. Pemeliharaan ternak kerbau banyak diserahkan kepada alam tanpa campur tangan peternak secara langsung. Manajeman seperti ini tidak dapat lagi diterapkan karena padang pengembalaan yang semakin sempit dengan dibukanya lahan pertanian dengan pengairan tehnis. Menyempitnya padang pengembalaan yang tersedia menyebabkan terbatasnya pakan, sehingga produktivitas ternak akan semakin menurun. Bila dilihat dari sistem pemeliharaan, maka konsumsi pakan ternak akan sangat tergantung dari kondisi padang penggembalaan, sehingga pada musim kering akan kekurangan pakan yang mengakibatkan menurunnya produktivitas ternak. Pemberian pakan di dalam kandang belum banyak dilakukan oleh peternak, pakan disediakan hanya pada waktu tertentu: seperti pada musim kemarau atau setelah dikerjakan untuk membajak. Hal ini bila terus berlangsung maka akan terjadi penurunan produktivitas Usaha perbaikan manajemen pemeliharaan ternak dengan perbaikan sistem pemberian pakan perlu segera diperhatikan. Pakan yang cukup secara kuantitas dan kualitas akan meningkatkan produktivitas ternak dan meningkatkan bobot badan ternak. Usaha perbaikan sistem pemberian pakan antara lain:
1. Perbaikan padang pengembalaan baik secara kuantitas yaitu dengan memper- luas padang penggembalaan pada daerah padat ternak, maupun kualitas yaitu dengan perbaikan jenis tanaman pakan ternak dan meningkatkan produktivitas sehingga dapat tersedia sepanjang waktu.
2. Menyediakan pakan dikandang terutama pada ternak bunting, pedet maupun ternak yang sedang menyusui serta jantan yang digunakan sebagai pemacek.
Manajemen reproduksi
Kerbau jantan dewasa semakin menurun populasinya, hal ini disebabkan oleh karena banyaknya permintaan kerbau potong. Penurunan populasi jantan akan berakibat pada penurunan mutu genetik dan angka kebuntingan, bila ini tidak segera diperbaiki maka akan terjadi penurunan mutu genetik kerbau dan hilangnya ternak kerbau itu sendiri. Tersedianya ternak kerbau jantan pada peternak sangat terbatas 1 : 18 (SUHUBDY et al., 2005), hal ini mengakibatkan rendahnya angka kebuntingan yang pada akhirnya akan menurunnya jumlah anak yang dilahirkan. Disamping itu tidak adanya campur tangan manusia dalam pengaturan perkawinan akan mengakibatkan terjadi perkawinan pada betina muda dan jantan muda yang belum siap digunakan sebagai induk maupun pejantan.
Manajemen penggemukan
Peningkatan terhadap kerbau siap potong akan terus meningkat sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, harus dapat dipenuhi karena merupakan sumber penda- patan daerah dan income peternak. Akan tetapi bila bobot potong dan persentase karkas yang rendah akan mengakibatkan jumlah ternak yang dipotong akan semakin banyak. Penggemukan ternak merupakan usaha untuk mempercepat dan meningkatkan bobot potong ternak kerbau dalam waktu yang singkat. Perlu dilakukan penggemukan ternak dalam suatu lokasi kandang dengan pemberian pakan yang lebih baik. Pakan yang diberikan merupakan bahan pakan yang tersedia secara melimpah di daerah tersebut, sehingga biaya pakan dapat ditekan serendah mungkin dengan pertambahan bobot badan cukup baik. Perbaikan managemen ternak kerbau mutlak perlu dilakukan mengingat ternak kerbau merupakan ternak yang cukup berkembang sehingga perlu adanya perhatian pemerintah setempat dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak ini.
II.3 Upah ternak kerja
Upah membajak sawah dengan ternak kerbau sebesar Rp 50.000-120.000 hingga siang. Upah tersebut tergantung luas tanah yang dibajak. Dari tahun ke tahun, upah ternak kerja meningkat. Hal ini disebabkan populasi ternak yang menurun dan permintaan upah penyewa atau pemilik ternak yang tinggi. Upah ternak kerja mempunyai upah lebih tinggi daripada tenaga manusia. Tenaga manusia yang digunakan untuk mencangkul atau sebagai buruh lebih rendah, sekitar 35.000- 40.000. Peternak kerbau biasanya menyewakan ternaknya kepada pembajak, untuk upahnya menggunakan system paro atau setengah untuk pembajak separuh lagi untuk peternak. Dengan demikian fungsi ternak kerbau sebagai pendapatan peternak. Sebagai contoh, seorang peternak menyewakan ternaknya kepada seorang pembajak. Pembajak mendapat upah 120.000, karena pembajak menyewa ternak kerja ke peternak maka 60.000 diberikan kepeada ternak. Jika dihitung dalam sebulan peternak yang menyewakan ternaknya mendapat 3 juta, dan jika digunakan sendiri untuk membajak mendapat 6 juta, itu pun jika setiap hari pada musim membajak. Musim membajak tidak lebih dari 2 minggu, jadi peternak hanya mendapat 840.000 untuk sewa dan mendapat 1.680.000 jika digarap sendiri.