1.1. Latar
Belakang
Ternak unggas merupakan ternak yang
banyak diminati di kalangan masyarakat Indonesia. Harganya yang murah,
pemeliharaannya yang lebih mudah dan produksinya yang cepat membuat daya tarik
akan ternak unggas. Unggas hanya membutuhkan waktu beberapa bulan untuk
kemudian dipanen. Tidak seperti ternak ruminansia atau ternak lainnya yang mebutuhkan
waktu hingga beberapa tahun untuk dipanen. Produksinya juga tinggi selain
telurnya, anak yang berumur satu hari (DOC, DOD atau DOQ) juga bisa menjadi
komoditi menguntungkan.
Kebanyakan dari masyarakat yang
masih beternak unggas dengan cara konvensional yang menyebabkan produksinya
tidak bisa maksimal. Angka kematian unggas juga lebih tinggi. Masyarakat yang
beternak secara konvensional hanya bisa menempatkan beberapa ternak unggas
jantan dan betina dengan rasio tertentu untuk bisa menghasilkan telur yang
fertil. Hal ini sangat tidak efisien dimana sekarang ini dibutuhkan ternak
unggas dengan jumlah yang sangat banyak dalam waktu yang cepat. Apabila semua
peternak masih menggunakan metode seperti ini maka permintaan masyarakat tidak
bisa terpenuhi yang akhirnya bisa berdampak kepada permasalahan pangan.
Pengamatan
anatomi dan fisiologi unggas dilakukan dengan tujuan mengetahui anatomi fisiologi
unggas yang meliputi sistem pernapasan, pencernaan, reproduksi dan urinari.
Terutama sistem reproduksi yang sangat berhubungan erat dengan produksi unggas
baik dari bahan pangan ataupun generasi unggas tersebut. Sistem reproduksi yang
sangat perlu ditekankan dalam pembahasan adalah sistem reproduksi unggas
betina, dimana proses pembentukan telur terjadi di dalam sistem organ
reproduksi unggas betina.
1.2. Rumusan
Masalah
1) Apa saja organ genitalia femina unggas?
2) Apa saja fungsi organ dan letak organ genitalia femina
unggas?
3) Bagaimana proses pembentukan telur?
1.3. Tujuan
1) Memenuhi
tugas praktikum mata kuliah Ilmu Reproduksi Ternak.
2) Mengetahui
fungsi anatomi dan fisiologi reproduksi unggas betina
3) Memahami proses pembentukkan telur
PEMBAHASAN
Sistem
reproduksi unggas betina terdiri dari alat kelamin primer dan alat kelamin
sekunder. Alat kelamin primer adalah ovarium dan alat kelamin sekunder adalah oviduct atau saluran telur. Unggas betina secara normal hanya memiliki ovarium dan oviduct sebelah kiri yang berkembang sempurna (Sarengat, 1982). Ovarium merupakan bagian alat kelamin primer yang berfungsi sebagai alat pembentuk telur. Ovarium terletak diantara paru-paru dan ginjal dibawah dan dibelakang hati, ovarium tersebut terletak pada tulang belakang dan dikelilingi oleh alat-alat lainnya sehingga ia tertutup dalam suatu kantung ovarium sehingga jalan satu-satunya adalah oviduct (Sarwono, 1993).
1. Ovarium
Ovarium merupakan
organ primer sistem reproduksi unggas betina. Ovarium terletak pada kranial ginjal diantara
rongga dada dan rongga perut pada garis punggung. Ovarium sebagai tempat pembentukan yolk atau kuning telur. Ovarium biasanya terdiri dari 5 sampai 6
ovum yang telah berkembang dan sekitar 1000 - 3.000 ovum yang belum masak
yang berwarna putih (Akoso, 1993). Ovarium tempat sintesis hormon steroid seksual gametogenesis dan
perkembangan serta pemasakan kuning telur ( Yuwanta, 2008).
2, Oviduct
Oviduct
merupakan saluran telur yang digantung oleh dua lapis lipatan peritoneum yang membentuk
ligamen-ligamen oviduct. Penggantung oviduct tersebut adalah mesosalphink. Pada
ayam yang sedang bertelur, saluran telur mencapai panjang 70 sampai 80 cm dan
diameter 1 sampai 5 cm, sedangkan pada ayam yang tidak bertelur ukuran tersebut
masing-masing adalah 10 sampai 15 cm dan diameter 1 sampai 7 mm. Dinding
saluran telur mempunyai vaskularisasi yang cukup dan bersifat elastis yang
mempermudah perubahan diameter untuk menampung telur yang berkembang (
Toelihere, 1981 ). Oviduct terdiri dari 5 bagian, yaitu infundibulum, magnum
dan isthmus.
a. Infundibulum berfungsi sebagai corong penangkapan
ovum yang telah diovulasikan, terdapat pada bagian ujung oviduct (panjang
kira-kira 5 cm). Infundibulum
juga sebagai tempat pembuahan atau fertilisasi antara ovum dan spermatozoa. Rasyaf (2008) menambahkan fungsi
utama Infundibulum adalah menangkap ovum yang masak. Infundibulum berperan dalam penangkapan kuning telur, tepatnya
yaitu fimbrae ( Yaman, 2008 ).
b. Magnum terletak di bagian bawah funnel,
panjangnya 33 cm. Magnum befungsi untuk
mengsekresikan albumen atau putih telur. Yuwanta (2004) magnum merupakan tempat untuk mensintesis dan mensekresi putih
telur.
c. Isthmus berfungsi untuk mensekresikan
membran cangkang. Yuwanta (2004) Isthmus adalah tempat untuk
mensekresikan membran atau selaput telur. isthmus panjangnya 5
cm yang merupakan bagian yang menentukan bentuk telur ( Hunter, 1995).
d. Uterus berfungsi mensekresikan cangkang. Yuwanta (2004) uterus tempat terbentuknya cangkang.
Proses pembentukan cangkang membutuhkan waktu yang paling lama sekitar 21 jam.
Tujuan akhir uterus adalah menyempurnakan pembentukan
telur sebelum dikeluarkan melalui vagina
kemudian ke kloaka ( Hunter, 1995 ).
e. Vagina merupakan
tempat penyimpanan telur sementara waktu, sebelum telur dikeluarkan dari dalam
tubuh (Sarwono,
1993). Di dalam vagina, telur terjadi perubahan posisi atau deposisi sebelum
dikeluarkan melalui kloaka. Fadilah dan Polana (2004) bahwa vagina adalah tempat
dimana telur untuk sementara ditahan dan dikeluarkan bila telah tercapai bentuk
yang sempurna.
3. Cloaca
Cloaca berfungsi sebagai tempat
dikeluarkannya telur. Rahardjo et al., (2002) kloaka merupakan muara
tiga saluran, yaitu saluran reproduksi, pencernaan dan ekresi. Yuwanta (2004)
kloaka merupakan bagian ujung luar dari oviduck tempat dikeluarkannya telur.
KESIMPULAN
Sistem
reproduksi unggas betina terdiri dari alat kelamin primer dan alat kelamin
sekunder. Alat kelamin primer adalah ovarium dan alat kelamin sekunder
adalah oviduct. Ovarium berfungsi
sebagai penghasil sel telur. Oviduct terdiri
dari 5 bagian yaitu infundibulum, magnum,
ithmus, uterus dan vagina.
DAFTAR
PUSTAKA
Akoso,
B.T. 1998. Kesehatan Unggas. Kanisius:
Yogyakarta.
Fadilah,
R., dan Polana , A. 2004. Aneka Penyakit Pada
Ayam Dan Cara
Mengatasinya. Agro Media Pustaka: Tangerang.
Hunter, R.
H. F. 1995. Fisiologi dan Teknologi dan
Reproduksi Hewan Domestik.
ITB. Bandung
Sarengat,
W. 1982. Pengantar Ilmu Ternak Unggas.
Fakultas Peternakan dan
Perikanan Universitas Diponegoro.
Semarang.
Sarwono,
B. 1993. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Toelihere,
Mozes.R.1981. Fisiologi Reproduksi Pada
Ternak. Angkasa : Bandung
Yuwanta,
T. 2008. Dasar Ternak Unggas Cetakan ke-5.
Kanisius: Yogyakarta