BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
|
peternakan sapi potong |
Sapi potong merupakan ternak yang telah di kenal di masyarakat sebagai hewan ternak penghasil daging. Sapi potong banyak di ternak oleh masyarakat maupun di sentra peternakan yang lebih besar dengan pemeliharaan yang teratur. Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan). Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura, Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman.
Jenis sapi yang banyak diternakan di Indonesia misalnya Peranakan Ongole (PO) merupakan hasil persilangan sapi ongole dengan sapi local Indonesia . Sapi Peranakan Ongole sangat mirip dengan sapi Ongole merupakan keturunan sapi liar Bos Indicus . Sapi Ongole yang diternakkna di Pulau Sumba dan sering dijadikan sumber indukan disebut sapi sumba ongole Sapi Peranakan Ongole murni sulit ditemukan karena telah banyak disilangkan dengan sapi Brahman.
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Keberhasilan maupun kegagalan usaha peternakan sapi potong banyak ditentukan oleh pakan. Pada usaha sapi potong rakyat, pakan yang diberikan pada umumnya sesuai dengan kemampuan peternak, bukan sesuai dengan kebutuhan ternaknya. Pasokan pakan berkualitas rendah merupakan hal yang biasa, yang apabila terjadi terus menerus dalam waktu yang cukup lama akan berpengaruh negative terhadap produktivitas. Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging. Pakan dapat diperoleh dengan menyusun ransum sendiri atau memberikan pakan hijauan dengan tambahan vitamin dan pemberanian pakan pabrikan atau konsentrat.
Sapi potong merupakan komoditas unggulan mengingat pasar yang bagus seiring dengan meningkatnya permintaan, populasi sapi potong yang masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan daging domestik sedangkan Impor daging sapi merupakan hal yang riskan. Selain itu, fasilitas rumah potong hewan (RPH) dan pengetahuan standar mutu,hygiene dan sanitasi rendah. Untuk itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing prima dalam pengembangan sapi potong di Indonesia. Pemelihara sapi potong bila dilakukan dengan benar akan sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan produk lain seperti pupuk kandang atau kompos yang dapat dimanfaatkan maupun diperjualbelikan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui manajemen agribisnis yang diterapkan
2. Mengetahui serta memahami sistem pemberian pakan dan cara penggemukan pada sapi potong
3. Mengetahui pengelolaan sapi potong di bidang agribisnis.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Manajemen Agribisnis Ternak dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 Desember 2013 pukul 08.30- 10.30 WIB. Bertempat di PT. Citra Argo Buana Semesta, Tasikmalaya, Jawa Barat.
BAB II
PROFIL AGRIBISNIS PT ARG0 CITRA BUANA SEMESTA
2.1 Gambaran Sistem Hulu Agribisnis Peternakan
Perusahaan peternakan ini bergerak dibidang penggemukan sapi potong. Nama pemiliknya yaitu ……, seorang profesor di suatu universitas di daerah Jawa Tengah. Usaha peternakan ini berawal dari adanya pemodal yang ingin masuk ke usaha persapian, kemudian terkonsentrasi pada bidang penggemukkan. Berdiri pada tahun 1998 dengan tenaga kerja sebanyak empat orang dan tenaga manajer dan wakil manajer masing-masing satu orang. Perusahaan dikelola langsung oleh manajer.
Perusahaan ini termasuk perusahaan yang besar karena kapasitas ternaknya hanya sekitar 4000 ekor. Ternak tersebut terdiri dari sapi jantan, sapi betina dan pedet. Sapi tersebut merupakan jenis sapi limousin. Untuk saat ini jumlah jantan yang dipelihara 36 ekor, betina afkir 15 ekor dan pedet sebanyak satu ekor. Seluruh sapi jantan disana tidak dikastrasi karena menurut manajernya proses kastrasi dikhawatirkan dapat mencelakai ternak. Beliau juga mengatakan bahwa perusahaan terlalu takut untuk mengambil resiko sehingga ternak di perusahaan ini masih bisa bereproduksi walaupun kenyataanya ternak hanya digemukkan saja tanpa ada penanganan reproduksi.
Bibit sapi yang didatangkan oleh perusahaan adalah berasal dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bibit sapi yang dibeli adalah sapi limousin yang berusia 1,5 tahun. Usia sapi tersebut sudah siap untuk digemukkan. Pedet yang ada di kandang merupakan suatu kebetulan yang terjadi. Menurut manajernya, tanpa disangka salah satu dari betina yang afkir tadi ada yang bunting, sehingga lahirlah pedet tersebut.
Pakan yang diberikan pada ternak berupa hijauan dan konsentrat. Untuk hijauan diperoleh dengan menanam sendiri di ladang rumput seluas kurang lebih 1 hektare. Untuk konsentrat berasal dari buatan tangan sendiri dengan membeli bahan baku konsentratnya di petani-petani atau dari took penjual bahan pakan dan diolah sendiri dengan susunan ransum tertentu. Takaran dari setiap bahan pakan untuk konsentrat di bedakan sesuai dengan kandungan serat kasar dan protein kasarnya. Takarannya ini tidak selalu sama bahkan kerap kali berubah karen masih dalam tahap uji coba. Diakui bahwa metode ini terdapat kelemahan dan kelebihan tersendiri. Kelemahannya yaitu perbedaan pertambahan bobotnya tidak terlalu signifikan, dan kelebihannya adalah biayanya menjadi lebih murah, dapat banyak ilmu dan pelajaran menyusun ransum yang tepat serta kualitasnya sedikit lebih bagus. Harga bahan baku konsentratnya antara Rp 1.600 – Rp 1.800 per kilogram dengan pemberian sekitar 1,5-6 kilogram perekor per hari.
Bibit sapi tidak selalu limousin. Pernah juga bibit sapi yang didatangkan dari jenis PO, Simental dan sapi Crossing. Bibit limousin memiliki kelebihan tersendiri, yaitu makannya cepat, tubuhnya besar dan memanjang. Namun, terdapat kelemahan dari sapi Limousin, yaitu bentuknya yang tidak tinggi dan perkiraan salah atau tidak ideal. Biaya untuk pengadaan bibit sapi potong ini adalah sekitar 15 juta per ekornya.
Pengadaan vaksin, obat-obatan, dan vitamin dilakukan juga oleh perusahaan. Untuk vaksin dan obat-obatan diberikan hanya pada saat ternaknya sakit. Jenis obat-obatan yang biasa diberikan, yaitu obat cacing, obat gatal, obat demam dan salep kulit. Jenis vitamin yang biasa digunakan adalah vitamin penambah nafsu makan dan vit B12. Seluruh vaksin, obat-obatan dan vitamin diperoleh dari industri obat ternak dengan harga yang relatif. Harga vaksinnya sekitar Rp 5.000 per dosis, obat-obatan sekitar Rp 20.000 per kemasan dan vitamin sekitar Rp 10.000 per bungkusnya. Pemberiannya dengan sistem controlling kurang lebih setiap 2-3 hari sekali.
2.2 Gambaran Proses Sistem Peternakan (On Farm)
Gambaran sistem peternakan on farm dapat dijelaskan melalui beberapa aspek, yaitu sistem perkandangan, sistem pemberian pakan, sistem kesehatan.
a. Sistem perkandangan
Kandang terdapat empat buah, yaitu kandang untuk penggemukkan 2 buah, 1 buah untuk sapi siap jual dengan bobot mencapai 500-600kg, dan 1 buah untuk mengumpulkan ternak yang sakit dan afkir. Untuk pedet sendiri masuk ke kandang breeding yang berisi 1 pedet berusia 1 bulan. Setiap kandang selain breeding terdapat 10-12 ekor sapi dengan ukuran kandang yang besar, yaitu 1,3 x2,5x12 m untuk tiap kandangnya. Kandang menggunakan sistem kandang sirkulasi, artinya kandang tanpa dinding yang mengelilingi dan sirkulasi udara serta sinar matahari masuk ke kandang dengan baik sehingga kandang tidak lembab. Lantai kandang dibuat miring sekitar 5o untuk jalur urin dan air agar tidak menggenangi kandang.
b. Sistem pemberian pakan
Tatalaksana pemberian pakan untuk pedet adalah dengan pemberian hijauan segar saja. Hijauan tersebut dipanen sendiri di ladang rumput sebelah kandang. Awal pemberian pakan sekitar 1,5 kg – 2 kg dan dikontrol setiap harinya oleh karyawan. Sistem air minumnya adalah paralel. Untuk sapi siap panen, pakannya sudah mulai diberikan konsentrat. Pemberian konsentrat sekitar 80% dan hijauan sekitar 20%. Pemberian konsentrat tiap harinya sekitar 3,5% bobot badan sapi. Sehingga tiap sapi berbeda pemberian pakannya. Satu sisi sistem seperti ini dapat lebih mengefisienkan bahan pakan karena bahan pakan tidak banyak yang terbuang percuma. Pemberian pakan dua kali sehari dengan urutan pemberian konsentrat terlebih dahulu kemudian untuk pakan yang kedua dengan pemberian hijauan. Nilai lebih dari peternakan ini adalah dalam pemberian pakan, baik itu hijauan maupun konsentrat, selalu ditambahkan probiotik. Probiaotik sebanyak 10 cc dicampurkan pada bahan pakan dan diaduk dan langsung diberikan pada ternak. Probiotik ini membantu kecernaan bahan pakan di dalam rumen sehingga efisiensi pakan meningkat dengan pertambahan bobot tiap harinya yaitu 1,8 kg. Selain dicampurkan pada bahan pakan, probiotik juga dicampurkan pada minuman sapi.
Pemberian hijauan rumput segar dengan dipotong-potong terlebih dahulu agar dapat mengefisiensikan tempat penyimpanan atau bak penampung pakannya. Komposisi dari konsentrat yang biasa diberikan terdiri dari pollard, tumbi jagung, bungkil sawit, bungkil kopra dan onggok. Persentase pemberian dari komposisi bahan tersebut berubah-ubah dan disesuaikan dari nilai protein kasar dan serat kasarnya. Hingga saat ini belum ada angka pasti dalam komposisi bahan konsentratnya karena masih dalam tahap percobaan.
Probiotik yang digunakan dalam campuran bahan pakan diperoleh dari isolasi mikroba rumen yang dilakukan sendiri oleh perusahaan dan sebagian membeli ke luar. Rahasia dari perusahaan ini dalam mengurangi bau pada kotoran adalah dengan pemberian tambahan kunir pada campuran bahan pakannya. Kunir dipercaya mampu mengurangi bau pada kotoran, meningkatkan kecernaan pakan dan membuat daging warnanya lebih merah. Hal tersebut bisa terjadi karena dalam kunir terdapat zat kurkumin. Selain dengan kunir juga bisa disubstitusi dengan bahan yang mengandung kurkumin lainnya seperti kunyit, kurkuma dan lain-lain.
c. Sistem kesehatan
Tatalaksana kesehatan untuk pedet sapi adalah dengan melakukan controlling oleh mantra dan dilihat juga pertumbuhan pedetnya. Sekiranya pertumbuhannya kurang dan pedet nafsu makannya berkurang maka diberi suntikan vitamin oleh mantra hewan. Untuk sapi siap panen dilakukan controlling setiap 2-3 hari sekali. Pemberian obat-obatan pada ternak yang sakit dilakukan oleh mantra hewan. Penyakit yang biasa diderita adalah penyakit mata dan kulit. Penanganan untuk penyakit ini adalah denga pemberian salep saja.
2.3 Gambaran Sistem Hilir Agribisnis Peternakan
a. Sistem pengolahan hasil
Produk yang dihasilkan perusahaan ini adalah sapi potong siap jual, pupuk tani dan pupuk kompos. Untuk sapi siap jual, kapasitas produksinya tergantung dari hasil manajemen dan pernah mencapai 100 ekor. Pupuk tani kapasitas produksinya sekitar 100 botol dan pupuk kompos sekitar 60 kg. Teknologi dan mekanisme penanganan produksi utama, yaitu sapi siap jual adalah dengan sistem penimbangan dan dijual dengan sistem perkilogram bobot hidup. Sapi siap jual tadi langsung didistribusikan ke konsumen menggunakan truk angkut.
Teknologi dan mekanisme penanganan produksi sampingannya, yaitu feses dan urin, adalah dengan mengolah menjadi pupuk. Feses yang ada diangkut ke dalam gudang feses untuk diolah menjadi pupuk kompos. Pupuk kompos tersebut dikemas dalam plastik. Untuk urinnya diolah menjadi pupuk tani dengan penambahan starter mikroba. Urin dipercaya mengandung hormon auksin atau hormon pertumbuhan. Dengan urin yang ditambah dengan starter mikroba tadi maka tanah akan menjadi subur dan tanaman bisa tumbuh dengan baik dan cepat. Produk pupuk tani ini dikemas dalam bentuk botolan ukuran 250 ml.
Penanganan limbah berupa feses dan urin selain untuk pembuatan produk pupuk tani dan pupuk kompos adalah dialirkan langsung ke ladang rumput. Rumput gajah di ladang rumput tumbuh tinggi dan lebat akibat pengaruh urin yang dialirkan tadi sehingga efektif dalam budidaya tanaman hijauannya. Rumput gajah dipanen setiap 42 hari dan pasokannya cukup untuk member pakan semua ternak di perusahaan ini.
b. Sistem Pemasaran
Sapi siap jual, pupuk tani dan pupuk kompos dipasarkan dalam kota maupun luar kota. Lembaga yang terlibat dalam jalur pemasaran produk untuk sapi siap jual adalah pedagang, belantik dan juga rumah potong hewan. Untuk pupuk tani dan pupuk kompos lembaga yang terlibat adalah pedagang dan petani. Jalur pemasarannya melalui jaringan pemasaran di daerah Jawa Tengah, Jawa Tengah, dan sekitarnya. Transportasi yang digunakan adalah truck dan mobil pickup. Biaya pemasaran tergantung pembelian dan sesuai sistem. Biasanya pedagang atau belantik langsung datang ke perusahaan sehingga tidak ada biaya pemasaran. Namun bila ada pemesanan maka biaya pemasaran hanya sebatas biaya transport saja. Itu pun ditanggung oleh pembelinya langsung. Harga jual produk sapi adalah Rp 22.000 – Rp 33.000/Kg. Harga jual pupuk tani adalah Rp 10.000/botol dan harga pupuk kompos Rp 1.300/Kg.
Teknik pengemasan produk untuk sapi tidak ada pengemasan karena sapi dijual dalam keadaan hidup, sehingga penjualannya menggunakan sistem timbang. Upuk tani menggunakan sistem pengemasan dalam botol, dan pupuk kompos menggunakan kemasan dalam plastik. Promosi produk di perusahaan ini adalah menggunakan sistem jaringan atau networking.
2.4 Gambaran Lembaga Penunjang Sistem Agribisnis
Lembaga penunjang sistem agribisnis di perusahaan ini terdiri dari dukungan manajemen internal dan dukungan lembaga PT, Penyuluh/ Dinas teknis. Dukungan manajemen internal yang pertama adalah fungsi perencanaan perusahaan. Sistem perencanaannya yaitu perusahaan membuat master plan dan targeting produksi dari sapi penggemukkan, pupuk tani dan pupuk kompos selama setahun bahkan sebulan kedepan. Fungsi pengorganisasian di perusahaan terdiri dari pemilik usaha atau direktur, manajer, bagian produksi, bagian kontroling oleh mantri dan sebagainya. Struktur organisasinya yaitu fungsi pengarahan dilakukan oleh direktur kepada manajer agar tujuan perusahaan tercapai. Fungsi koordinasi dilakukan direktur kepada manajer, dilanjutkan manajer ke bawahannya. Fungsi pengendalian dilakukan oleh manajer dan diawasi oleh direktur.
Dukungan dari lembaga PT, Penyuluh/Dinas teknis diperoleh dari LIPI, PUSPITEK dan PT KAR. Bantuan modal yang diberikan adalah Rp 500.000.000,00. Kemudahan yang diperoleh dari dukungan ini adalah jaringan semakin luas sehingga perusahaan dapat lebih banya memasarkan produknya. Kemudian banyak pengetahuan yang didapat dan juga relasi. Mekanisme kerjasama dengan lembaga tersebut adalah dengan saling member informasi perkembangan dan ilmu pengetahuan peternakan terkini.
BAB III
ANALISIS EKONOMI SISTEM AGRIBISNIS
3.1
Biaya
Tetap dan Biaya Variabel
3.1.1 Biaya
Tetap
a. Biaya
Tetap
No
|
Item
|
Jumlah
|
Harga
Satuan
|
Nilai
Baru
|
Nilai
Sisa
|
Daya
Tahan (Thn)
|
Penyusutan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kandang
Kantor
Gudang Pakan
Gudang Feses
Balai
|
4
1
1
1
1
|
Rp
15.000.000,00
Rp
96.000.000,00
Rp
2.000.000,00
Rp
2.000.000,00
Rp
6.000.000,00
|
Rp
60.000.000,00
Rp 96.000.000,00
Rp
2.000.000,00
Rp
2.000.000,00
Rp
6.000.000,00
|
Rp
5.000.000,00
Rp 1.000.000,00
-
-
Rp
500.000,00
|
15-20
15-20
15-20
15-20
15-20
|
Rp
2.750.000,00
Rp
4.750.000,00
Rp
100.000,00
Rp
275.000,00
|
|
Jumlah
|
|
|
Rp
166.000.000,00
|
Rp 6.500.000,00
|
|
Rp 7.975.000,00
|
Total biaya tetap = Rp 7.975.000,00
3.1.2 Biaya
Variabel
Upah pegawai lepas per tahun : Rp 35.000 x 2 orang x
360 hari = Rp 25.200.000,00
Biaya penbuatan pakan konsentrat per tahun :
Rp 1.700 x 6 kg x 52 ekor x 360 hari = Rp 190.944.000,00
Biaya Obat-obatan per tahun = Rp 600.000,00
Biaya Listrik per tahun : Rp 100.000,00 x 12 = Rp 1.200.000,00
Jumlah = Rp 217.944.000,00
Total
biaya:
Biaya tetap + Biaya variable = Rp 225.919.000,00
3.2
Penerimaan
dan Pendapatan
Penerimaan per tahun:
Harga sapi bakalan:
Rp 18.000/kg x 300kg x 20 ekor x 2 periode = Rp 216.000.000,00
Harga sapi yang terjual:
Rp 33000/kg x 600kg x 20 ekor x 2 periode = Rp 792.000.000,00
Total
penerimaan dari sapi potong = Rp
576.000.000,00
Harga pupuk tani:
Rp 10.000 x 200 botol x 4 periode = Rp 8.000.000,00
Biaya produksi pupuk tani:
Rp 1.000 x 200 botol x 4 periode = Rp 800.000,00
Total
penerimaan dari pupuk tani
= Rp 7.200.000,00
Harga pupuk kompos:
Rp 1.300/kg x 100kg x 2 periode = Rp 260.000,00
Biaya produksi pupuk kompos:
Rp 300/kg x 100kg x 2 periode = Rp 60.000,00
Total
penerimaan dari pupuk kompos
= Rp 200.000,00
Total
penerimaan = Rp 583.400.000,00
Pendapatan
atau laba:
Total penerimaan – total biaya
Rp 583.400.000,00 - Rp 225.919.000,00 = Rp
357.481.000,00
3.3 Efisiensi Biaya (R/C)
Total
penerimaan / total biaya = Rp 583.400.000,00/ Rp
225.919.000,00
= 2,58
Hasil analisis menyatakan bahwa R/C > lebih
dari 1, penggunaan biaya efisien yaitu memperoleh pendapatan, R/C Ratio = 1,
penggunaan biaya belum efisien (tidak memperoleh pendapatan ataupun kerugian)
dan R/C Ratio < 1, penggunaan biaya tidak efisien (tidak memperoleh
pendapatan). Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai R/C > 1. Hal ini
berarti, penggunaan biaya dalam CV Agrobiz Abadi Jaya adalah efisien, yaitu
memperoleh pendapatan.
3.4
Rentabilitas (RE)
RE = Laba / Modal x 100%
= Rp 357.481.000,00 / Rp
500.000.000,00 x 100%
= 71,5%
Rentabilitas
ekonomi dan rentabilitas modal sendiri mempunyai kaitan yang sangat erat dan
saling mempengaruhi dalam setiap keputusan yang diambil. Apabila rentabilitas
ekonomi lebih kecil dari tingkat bunga modal asing, lebih baik menggunakan
modal sendiri. Sebab rentabilitas modal sendiri akan lebih besar jika
dibandingkan apabila menggunakan modal asing. Apabila rentabilitas ekonomi
lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga modal asing maka lebih baik digunakan
modal asing. Sebab rentabilitas modal sendiri akan lebih besar dibandingkan
bila menggunakan modal sendiri (Yulianto dan Saparinto, 2010).
Berdasarkan hasil
perhitungan, nilai RE sebesar 45,21 %. Nilai RE tersebut lebih besar dari
tingkat bunga modal asing. Oleh karena itu, CV Agrobiz Abadi Jaya sebaiknya
menggunakan modal asing dalam mengelola usahanya.
3.5
Break Event Point (BEP)
BEP = Biaya tetap / 1 – Biaya Variabel
Pendapatan
= Rp 7.975.000,00 /
= Rp
7.975.000,00 / 0,39
= Rp
20.448.718,00
BEP adalah suatu teknik
analisa untuk mempelajari hubungan antar biaya tetap, biaya variabel,
keuntungan dan volume kegiatan. Analisis BEP digunakan untuk tujuan untuk
mengetahui berapa minimal perusahaan harus menghasilkan dan menjual produk agar
tidak menderita kerugian atau titik impas yaitu untuk mengetahui keadaan suatu
perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak memperoleh kerugian (Abidin,
2002).
Berdasarkan perhitungan yang
telah dilakukan, maka CV Agrobiz Abadi Jaya perlu menghasilkan lebih dari nilai
BEP yaitu sebesar Rp 20.448.718,00/tahun
agar tidak menderita kerugian. CV Agrobiz Abadi Jaya telah mampu menghasilkan
pendapatan sebesar Rp 357.481.000,00/tahun
pada periode-periode sebelumnya. Hal tersebut berarti CV Agrobiz Abadi Jaya
berhasil memperoleh keuntungan karena pendapatannya di atas nilai BEP.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil
dari analisis keuangan dan profil usaha dari CV Agrobiz Abadi Jaya adalah
sistem pemberian pakan sudah baik, pengelolaan limbah juga sangat baik karena
dapat menghasilkan pendapatan tambahan dari kotoran dan urin. Jaringan
pemasaran terutama untuk produk pupuk tani sebaiknya lebih diperluas lagi agar
bisa menambah keuntungan dari produk tersebut. Usaha sapi potong ini sangat
menguntungkan dilihat dari pendapatan, nilai R/C dan BEP-nya.
4.2
Rekomendasi
a. Memperluas
jaringan pemasaran produk pupuk tani agar menambah pendapatan perusahaan
b.
Karyawan diberi penghargaan saat produksi tinggi agar perusahaan tetap
memperoleh keuntungan besar dan pegawai nyaman bekerja
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin, Zainal.
2002. Penggemukkan Sapi Potong.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Yulianto,
Purnawan dan Cahyo Saparinto. 2010. Pembesaran
Sapi Potong Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN