Hay sobat Peternakan, Dunia Peternakan- memberi informasi makalah makalah yang relevan dan faktual untuk kalian. Kali ini mempublish makalah dengan judul
“Manajemen Kerbau Perah Laktasi”
1.1 LatarBelakang
Di Indonesia, dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS), susu dimasukkan sebagai salah satu bahan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi sebagai sumber protein yang penting bagi tubuh. Susu segar adalah air susu hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau ditambahkan bahan apapun yang diperoleh dari pemerahan kerbau yang sehat. Selain sebagai sumber protein hewani, susu juga sangat baik untuk pertumbuhan bakteri. Kriteria air susu kerbau yang baik setidaknya memenuhi hal-hal sebagai berikut, bebas dari bakteri pathogen, bebas dari zat-zat yang berbahaya seperti insektisida, tidak tercemar oleh debu dan kotoran, zat gizi yang tidak menyimpang dari komposisi air susu, dan memiliki cita rasa normal.
Komposisi susu adalah kandungan zat gizi yang terkandung dalam susu. Komposisi susu terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, air, mineral, vitamin. Masing-masing komposisi dari setiap jenis ternak perah berbeda. Komposisi susu dari jenis ternak perah yang berbeda dipengaruhi oleh genetic maupun pakan yang diberikan. Pakan yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhannya akan menghasilkan kualitas susu yang baik. Kerbau perah, selain komposisi zat gizinya yang berbeda, produksi yang dihasilkan juga berbeda.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah higenitasnya dengan cara melindungi susu dari kontak langsung ataupun tidak langsung dengan sumber-sumber yang dapat mencemari air susu selama pemerahan, pengumpulan dan pengangkutan. Selain itu perlu penanganan yang tepat dalam proses pengolahan dan penyimpanan agar kualitas susu tetap terjaga. Kualitas susu merupakan keadaan susu dan komposisinya yang sesuai dengan kandungannya. Kualitas susu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik factor luar maupun factor dari dalam. Faktor luar diantaranya adalah proses pemerahan, kebersihan, penyimpanan dan penanganan setelah pemerahan. Faktor dari dalam diantaranya adalah genetik, pakan, kesehatan ternak.
1.2. Tujuan
1. Mempelajari tentang manajemen kerbau laktasi
2. Mengetahui cara-cara memanajemen kerbau perah
1.3.Rumusan Masalah
1.Bagaimana manajemenpemeliharaan kerbau perah dari Gudel sampai laktasi ?
2. Bagaimana manajemen perkandangan kerbau perah laktasi ?
3. Bagaimana manajemen perkawinan kerbau perah laktasi ?
4. Bagaimana manajemen pembibitan kerbau perah laktasi ?
5. Bagaimana manajemen kesehatan kerbau perah laktasi ?
TINJAUAN PUSTAKA
Tingkat laktasi dan umur kerbau diyakini mempengaruhi kadar lemak susu kerbau (Fahimmudin, 1975). Kadar lemak susu meningkat sejak awal masa laktasi dan mencapai taraf tertinggi pada bulan keempat dan kelima laktasi. Pada umur laktasi ke empat atau ke lima kadar lemak yang terkandung dalam susu kerbau mencapai tingkat tertinggi. Dengan meningkatnya masa laktasi kerbau perubahan yang sangat nyata adalah dari lemak kolostrum yaitu meningkatnya kadar asam-asam lemak berkarbon rendah dan menurunnya asam oleat. Fahimuddin (1975) menyatakan bahwa musim memberikan pengaruh terhadap kadar lemak susu kerbau. Penelitian dengan menggunakan kerbau India menunjukkan bahwa persentase lemak susu kerbau lebih tinggi pada musim dingin dan musim panas. Sementara itu penelitian lain menunjukkan bahwa persentase lemak lebih tinggi saat musim hujan dibandingkan saat musim panas (Fahimuddin, 1975).
Laktosa atau gula susu adalah bagian dari larutan susu yang sebenarnya, ditemukan di dalam bahan kering, bahan baku industri keju dan buttermilk, bahan baku dari industri mentega. Laktosa ditemukan sedikit di dalam produk yang berbahan dasar susu, karena pemisahan yang tidak sempurna dalam proses pembuatannya. Laktosa hanya ditemukan di dalam susu dan merupakan produk dari sekresi kelenjar mammary. Susu dari spesies hewan yang berbeda akan memiliki jumlah laktosa yang berbeda. Laktosa atau gula susu adalah gula yang ditemukan hanya pada susu. Laktosa mudah dicerna khususnya oleh bayi dan anak kecil. Laktosa menyediakan keseimbangan nutrisi makanan di dalam susu dan membantu dalam penggunaan lemak susu, mineral, dan vitamin. Laktosa tidak berasa manis seperti sukrosa atau gula tebu. Ratio rasa manis antara laktosa dan sukrosa adalah 1 banding 6. Sangat sedikit informasi dalam membandingkan nilai laktosa dan dan gula lain yang dipakai dalam makanan. Laktosa terdapat pada susu yang berasal dari semua spesies hewan yang sangatl berperanan penting dalam nutrisi, khususnya untuk hewan muda. Energi dari laktosa dapat dibandingkan dengan glukosa dan mempunyai kemampuan physikologi yang tidak ditemukan pada gula lain. Laktosa mempunyai food value yang sama dengan sukrosa dan karbohidrat lain dan penambahan physikologi lain yang memiliki kebaikan yang tinggi untuk kesehatan. Laktosa sangat baik untuk media tumbuh bakteri.
Laktosa memiliki nilai kesehatan yang lebih dalam bentuk fermentasi yaitu susu acidhophilus dan hasil lain dari fermentasi susu yang merupakan hasil dari kerja bakteri di dalam laktosa susu.Fahimuddin (1975) mengatakan bahwa kadar laktosa kerbau antar 4.27 – 5.28%. Kadar laktosa mengalami peningkatan pada susu kerbau antara bulan kedua dan ketiga laktasi, dan pada bulan ke enam laktasi nilainya menjadi tetap dan menurun. Laktasi memberikan efek yang sangat signifikan terhadap kadar laktosa.Laktosa adalah disakarida yang terdirio dari galaktosa dan laktosa. Laktosa hanya ditemukan dalam susu yang merupakan karbohidrat dasar dari banyak spesies. Salah satu gen yang mempengaruhi kadar laktosa adalah a-lactalbumin (a-LA). a-Lactalbumin adalah :Susu yang memiliki protein kering 25% dari total protein pada susu kerbau., dan bernilai 2-5% dari total skim protein susu.Tidak ada katalis aktif di dalam a-Lactalbumin, tapi mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan pembentukan laktosa.Memiliki kesamaan dalam struktur dengan lisosom. Lisosom adalah glikosidase dengan hidrolisis dari polisakarida di dalam dinding sel bakteri.a-LA mengubah gula binding yang dimiliki galaktosiltransfer, jadi laktosa di produksi diantara fungsi umum dari galaktosiltransfer.
III. PEMBAHASAN
1.1. Pemeliharaan Kerbau Perah dari Gudel Sampai Laktasi
Pemeliharaan anak kerbau
Beberapa perinsip penting pada pemberian pakan anak kerbau adalah sebagai berikut:
1. Pemberian makanan disesuaikan dengan berat badan.
2. Pemberian makanan dengan waktu yang teratur.
3. Yang berhubungan dengan peralatan makanan harus dalam keadaan higinies.
4. Susu yang diberikan harus dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 39o C 119
5. Pemberian susu dilakukan 3 – 4 kali sehari sampai umur satu minggu, kemudian menjadi 2 kali perhari pada akhir umur 2 minggu, dan dilanjutkan sampai umur 60 atau 90 hari.
6.Pemberian susu/makanan harus sesuai dengan kebutuhan untuk mencegah kelebihan makanan selama umur satu bulan.
7.Air minum disediakan secara ad libitum dan alas kandang harus senantiasa dalam keadaan kering untuk mencegah terserang radang paru-paru (pneumonia).
8. Anak kerbau diberi makanan hijauan kering (hay) yang berkualitas tinggi misalnya dari leguminosa.
9. Pemberian feed additive yang mengandung antibiotika dalam susu atau campuran konsentrat.
10. Anak kerbau disapih pada umur 60 – 90 hari dengan cara pemberian susu sedikit demi sedikit sebelum umur tersebut. Pada umur 3 bulan anak kerbau diberi calf starter 1,5 – 2 kg per hari.
Pemeliharaan Kerbau Dara
Kerbau dara perlu mendapat perhatian karena sangat mempengaruhi penampilan produksi. Kerbau dara yang mendapat pemeliharaan yang baik dapat dikawinkan pada umur sekitar 30 – 36 bulan dengan bobot badan 300 – 350 kg. Akan tetapi pada kondisi pemeliharaan dan makanan yang tidak baik perkawinan pertama baru bisa dilakukan pada umur di atas 44 bulan. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan kerbau dara
1. Sumber Hijauan
Dengan pemberian pakan hijauan yang ditambahkan legum, pertumbuhan kerbau dara bisa mencapai + 370 gram per hari. Jika ditambahkan sedikit pakan konsentrat yang kaya energi dapat memperbaiki laju pertumbuhannya yaitu + 465 gram per hari.
2. Penyemperotan Air
Sebaiknya kerbau diberi banyak kesempatan untuk berkubang atau semprotan air pada badannya. Pada peternakan kerbau yang memelihara sampai 5 ekor tidaklah ekonomis untuk membuat suatu tempat kubangan. Sebagai gantinya kerbau dimandikan sekali atau dua kali sehari tergantung pada kondisi lingkungan atau badan kerbau disemprot dengan air.
3. Faktor lain
Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan kerbau dara / jatan muda
yaitu; bangsa, jenis kelamin, keadaan iklim, susunan ransum dan jumlah pemberian pakan dan lain-lain.
Pemeliharaan Kerbau Bunting dan Beranak (Laktasi)
Perhatian khusus dalam pemeliharaan kerbau bunting adalah penting, begitu juga pada waktu beranak supaya kerbau dalam keadaan menyenangkan. Pada Peternakan kerbau perah yang mendapat pemeliharaan yang baik, berahi pertama dicapai pada umur 30 – 36 bulan dan lama bunting 310 + 5 hari. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan pada kerbau yang sedang bunting, menyelang beranal antara lain:
1. Hitung perkiraan tanggal melahirkan dan pindahkan kerbau tersebut ke kandang beranak kira-kira 3 – 5 hari sebelum melahirkan.
2. Kandang beranak harus dalam keadaan steril dan diberi alas berupa jemi kering.
3. Kerbau yang beranak ke dua ke atas harus dikeringkan (tidak diperah) selama 6 – 8 minggu sebelum melahirkan. Selama 4 – 5 hari sebelum pemerahan dihentikan, kerbau tidak diberikan konsentrat dan diberi hijauan yang berkualitas rendah. Pada waktu tersebut kerbau hanya diperah satu kali sehari yang sebelumnya diperah dua kali sehari dan kemudian tidak diperah sama sekali pada hari ke 7 – ke 10. Hal ini dilakukan pada kerbau yang produksi susunya tinggi.
4. Pada kerbau yang kering kandang selama 6 – 8 minggu harus diberi makanan yang berkualitas baik, supaya pada waktu melahirkan kondisi badannya tetap baik. Makanan yang diberikan adalah hijauan yang berkualitas baik secara ad libitum dan konsentrat sebanyak 2 – 3 kg per hari.
5. Pada 10 – 15 hari sebelum melahirkan, kerbau diberi makanan yang bersifat laksatif yaitu hijauan segar bukan silase. Jika diberi pakan hijauan yang kering maka perlu diberi konsentrat (campuran dedak padi dan bungkil kacang tanah dengan perbandingan 2 : 1) sebanyak 1 kg per ekor per hari. Kerbau yang baru melahirkan umumnya merasa haus maka perlu disediakan air minum. Dalam keadaan dingin air minum perlu dihangatkan pada suhu 39oC. Makanan yang bersifat laksatif yang diberikan sebelum beranak harus diteruskan beberapa hari setelah melahirkan dan makanan tersebut secara perlahan-lahan. diganti makanan untuk berproduksi susu dalam masa 7 – 10 hari. Biasanya placenta keluar dalam waktu 6 jam setelah melahirkan, tetapi kadang agak lama. Jika 20 – 24 jam setelah melahirkan placenta tidak keluar, maka perlu dipanggilkan dokter hewan atau mantri hewan. Jika placenta dibiarkan dalam uterus lebih dari waktu tersebut di atas maka dapat menyebabkan pembusukan dan keracunan, dan produksi susu menurun secara drastis serta menyebabkan gangguan reproduksi (infertilitas). Anak yang baru lahir harus diusahakan agar mendapat kolostrum dari induknya. Anak kerbau yang lemah dan sukar untuk menyusu pada induknya harus dibantu. Biasanya pemerahan kerbau yang baru pertama kali melahirkan membutuhkan suatu perhatian khusus dalam penanganan dan pendekatannya dari tukang perah. Sebenarnya kerbau lebih mudah dilatih dari pada sapi, dan kerbau dapat diperah di kandang atau dimana saja di tempat yang bersih.
1.2. Manajemen Perkandangan kerbau perah laktasi
Kandang kerbau terdiri atas dua jenis, yakni kandang tunggal dan kandang ganda. Dua macam kandang ini merupakan yang paling lazim digunakan oleh para peternak kerbau di Indonesia. Kandang tunggal adalah kandang yang hanya terdiri atas satu baris kandang, sedangkan kandang ganda adalah kandang yang terdiri atas dua baris kandang. Kandang ganda ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni sebagai berikut.
Head to headatau berhadapan; dalam model kandang seperti ini, kerbau-kerbau ditempatkan secara berhadapan dan hanya dibatasi oleh sekat yang rendah.
Tail to tailatau berlawanan; dalam model kandang seperti ini, kerbau-kerbau ditempatkan secara berlawanan buntut dengan buntut atau saling bertolak belakang.
a. Kandang kerbau dewasa (kerbau laktasi)
Ukuran kandang 1,75 x 1,2 m, masing-masing dilengkapi tempat makan dan tempat air minum dengan ukuran masing-masing 80 x 50 cm dan 50 x 40 cm. Kandang kerbau dewasa dapat juga dipakai untuk kerbau dara.
b. Kandang Gudel
Kandang Gudel ada 2 macam yaitu individual dan kelompok. Untuk kandang individual sekat kandang sebaiknya tidak terbuat dari tembok supaya sirkulas udara lancar, tinggi sekat + 1 m. Ukuran kandang untuk 0 – 4 minggu 0,75 x 1,5 m dan untuk 4 – 8 minggu 1 x 1,8 m. Pada kandang kelompok adalah untuk anak kerbau yang telah berumur 4 – 8 minggu dengan ukuran 1 m2/ekor dan pada umur 8 – 12 minggu 1,5 m2/ekor dengan dinding setinggi 1 m. Dalam satu kelompok sebaiknya tidak dari 4 ekor. Tiap individu harus dilengkapi tempat makan dan tempat air minum.
c. Kandang pejantan
Kerbau pejantan pada umumnya dikandangkan secara khusus. Ukuran lebih besar dari pada kandang induk dan konstruksinya lebih kuat. Bentuk yang paling baik untuk kandang pejantan adalah kandang yang berhalaman atau Loose Box. Lebar dan panjang untuk kandang pejantan minimal 3 x 4 m dengan ukuran halaman 4 x 6 m. Tinggi atap hendaknya tidak dijangkau kerbau yaitu 2,5 m, tinggi dinding kandang dan pagar halaman 180 cm atau paling rendah 160 cm. Lebar pintu 150 cm dilengkapi dengan beberapa kayu penghalang. Pagar halaman terbuat dari tembok setinggi 1 m, di atasnya dipasang besi pipa dengan diameter 7 cm, disusun dengan jarak 20 cm. Lantai halaman lebih baik dari beton. Perlengkapan lain yang diperlukan sama seperti pada kandang yang lain. Pemberian ransum harus dilakukan dari luar kandang/dinding demi untuk keamanan.
d. Kandang kawin
Tempat kawin dibuat pada pada bagian yang berhubungan dengan pagar halaman kandang pejantan yang diatur dengan pintu-pintu agar perkawinan dapat berlangsung dengan mudah dan cepat. Ukuran kandang kawin; panjang 110 cm, lebar bagian depan 55 cm, lebar bagian belakang 75 cm, tinggi bagian depan 140 cm dan tinggi bagian belakang 35 cm. Bahan kandang kawin sebaiknya digunakan balok berukuran 20 x 20 cm. Tiang balok ditanam ke dalam tanah sedalam 50 – 60 cm dan dibeton supaya kokoh.
e. Kandang isolasi/Kandang darurat
Kandang ini dibangun sebagai tempatpengobatan kerbau yang sakit. Pada tempat ini kerbau yang sakit dapat diobati dengan mudah dan kerbau tidak sukar ditangani. Ukuran kandang yaitu; panjang 150 cm, lebar 55 cm dan tinggi 150 cm. Letaknya terpisah dengan kandang kerbau yang sehatdengan tujuan penyakit tidak mudah menular.
f. Kandang melahirkan
Ukurannya 6 x 6 m, perlengkapannya sama dengan kandang kerbau dewasa. Lantainya miring ke arah pintu tiap 1 m turun 1 cm dan dibuat kasar. Sebaiknya kandang melahirkan ini tidak dekat dengan kandang Gudel. Selokan pembuangan terpisah dari selokan kandang dewasa. Sudut-sudut dinding dibuat melengkung agar mudah dibersihkan.
Kandang kerbau laktasi
Kandang kerbau laktasi ada dua macam, yaitu sistem stall dan loose housing. Sistem stall dapat dibuat dalam bentuk tunggal atau ganda, tergantung dari jumlah kerbau yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, kerbau ditempatkan satu baris. Sementara pada tipe ganda, kerbau ditempatkan dua baris dan saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara dua baris tersebut, perlu diberi jalur untuk jalan. agar kerbau selalu bersih dan nyaman, got pada kandang stall harus dibuat tepat dibelakang kaki kerbau. Selain itu, alas kandang juga perlu diberi karpet dari karet dengan tujuan untuk meningkatkan kenyamanan kerbau, membantu kerbau selalu bersih, dan mencegah masalah kerusakan pada kuku kerbau.
1.3. Manajemen perkawinan kerbau perah laktasi
Umumnya perkawinan ternak kerbau menggunakan pejantan yang tersedia di lahan penggembalaan. Kadangkala pejantan disewa dari petani lainnya, karena tidak semua petani memiliki kerbau pejantan. Biaya mengawinkan ternak bervariasi pada tiap daerah. Di Nagari Ladang Laweh (Tanah Datar) misalnya, setiap mengawinkan ternaknya petani membayar sekitar Rp 25.000-30.000 sampai terjadi kebuntingan. Sedang di Nagari Tanjung Bonai (Tanah Datar), petani membayar Rp 5.000 setiap kawin, dengan istilah beli tali buat pejantan. Petani yang memiliki pejantan mengandalkankan kerbau jantan tersebut untuk mengawini betina yang ada di kelompoknya.
Kerbau betina umumnya beranak pertama kali pada umur 4 tahun dengan lama kebuntingan 10,5 bulan. Bila pakannya cukup memadai maka 3-4 bulan setelah melahirkan induk kerbau biasanya sudah dapat dikawinkan lagi. Sebagian petani melaporkan jarak beranak selama 14 bulan. Namun umumnya ditemui bahwa usia kebuntingan induk sekitar dua bulan pada saat anak sudah berumur setahun. Dengan demikian jarak beranak menjadi 21 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat reproduksi kerbau hanya mencapai 60%. Apabila dikelola dengan baik maka jarak beranak dapat dipersingkat lagi, terutama dengan penyediaan pakan yang memadai bagi kebutuhan induk dan bagi produksi susuny a.
1.4. Manajemen Pembibitan kerbau perah laktasi
Desain perbibitan kerbau di Indonesia dapat dibentuk dengan membangun berbagai aktifitas baik berupa langkah pokok dan operasional.. Bahwa identifikasi kawasan sumber bibit, calon peternak dan ternak sangat penting untuk dilakukan agar pengujian dapat dilakukan di dalam kawasan- kawasan tersebut. Kemudian dilakukan identifikasi calon penangkar bibit, diikuti dengan sosialisasi pengujian yang akan dilakukan baik uji performan pada kerbau potong maupun uji zuriat pada kerbau perah, pada peternak/kelompok peternak yang akan berpartisipasi pada kegiatan pembibitan. Selanjutnya pada participated farmers, diarahkan untuk menjadi penangkar bibit dan bersatu didalam Village Breeding Centre (VBC) di setiap kawasan sumber bibit melalui penerapan penguatan kelembagaan penangkar bibit. Agar semua dapat berjalan baik maka perlu dilaksanakan pendampingan/pengawalan dengan melibatkan pakar-pakar pemuliaan.
a. Kawasan sumber bibit
Identifikasi dan penetapan wilayah/kawasan sumber bibit dan peternak khusus, pembibitan serta sosialisasi dengan calon penangkar bibit, Pengembangan infrastruktur penunjang pembibitan, Pengembangan infrastruktur agribisnis benih dan bibit, Penguatan kelembagaan SDM kelompok penangkar bibit, Pengembangan pola usaha kerbau penghasil bibit.
b. Program uji performanan kerbau potong dan uji zuriat kerbau perah
Program penguatan kelembagaan penangkar bibit, Pengaturan perkawinan agar inbreeding minimal, Produksi bibit tahap I, II, ..... dstnya, Pengembangan perbibitan ke kelompok calon penangkar/VBC. Breeding Centre (VBC) di setiap wilayah/kawasan sumber bibit.
c. Program penguatan kelembagaan dan penangkar bibit
Penilaian kinerja VBC/Koperasi/Pengusaha ternak bibit Pelatihan breeding, feeding dan manajemen pemibitan Pelatihan manajemen kelembagaan.
d. Program pendampingan/pengawalan
Pelatihan pembukuan dan keuangan. Perbaikan teknis dan manajemen perbibitan yang ditetapkan melalui diskusi dengan anggota kelompok penangkar
Pelatihan kewirausahaan produksi dan penjualan benih dan bibit. Monitoring, evaluasi dan konsultasi.
e. Program penyediaan pakan
Pelatihan pengawetan pakan dan teknis pemberian, Pelatihan manajemen, pastura dan rumput potong. Penetapan bibit HPT/TPT unggul pastura dan rumput potong.
f. Pencegahan dan penanggulangan penyakit
Sanitasi dan pengeluaran limbah/kotoran ternak, Pemberian obat cacing, Pemberian vaksin dan pengobatan sesuai kebutuhan.
g. Program pelepasan (benih dan) bibit ternak unggul teruji
Seleksi bibit ternak jantan unggul teruji yang boleh dilepaskan.Pelepasan bibit betina pada setiap kelompok umur (1 hari, 205 hari, 1 tahun, 1,5 tahun, 2 tahun ...... dstnya. Pengeluaran semen serta bibit jantan. Pengeluaran ternak jantan dan induk afkir sebagai bakalan untuk penggemukan.
Dalam melaksanakan seleksi untuk produktivitas optimal maka perlu diikuti dengan kecukupan dalam penyediaan pakan, penerapan biosekuriti dan pencegahan sertapenanggulangan penyakit. Hasil akhir dari pengujian adalah pengakuan dan pelepasan bibit ternak unggul teruji baik ternak jantan maupun betina. Khusus untuk pejantan teruji (proven bulls) harus menjadi prioritas utama karena dibutuhkan lebih sedikit tetapi akan memberikan dampak yang lebih besar pada perbaikan genetik melalui perubahan frekuensi gen sifat unggul di dalam populasi kerbau di Indonesia. Hal ini disebabkan seekor pejantan dapat menghasilkan sejumlah 25 – 30 ribu straw per tahun untuk dikawinkan pada ternak betina, sedangkan seekor kerbau betina hanya dapat menghasilkan 75 – 100 embrio per tahun.
1.5. Manajemen kesehatan kerbau perah laktasi
Kesehatan Kerbau pampangan mempunyai ketahanan fisik yang cukup ekstrim, tetapi peternak tetap melakukan pencegahan penyakit dengan sistem tradisional yaitu melakukan pembersihan kandang secara rutin kemudian dilakukan pengasapan pada malam hari.
KESIMPULAN
1. Manajemen kerbau perah laktasi dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu adanya manajemen pemeliharaan, manajemen perkandangan, manajemen perkawinan, manajemen pembibitan dan manajemen kesehatan.
2. Manajemen pemeliharaan dapat dilihat dari mulai pemeliharaan awal laktasi hinggga dewasa
3. Manajemen perkandangan dapat terbagi menjadi beberapa kandang, yaitu kandang Gudel, dewasa, kawin, isolasi, pejantan, indukan dan memiliki fungsi masing-masing.
4. Manajemen perkawinan hanya pengawinkan pejantan yang tersedia di lahan.
5. Manajemen pembibitan dapat dilihat dari bangsa kerbau dan kualitasnya.
6. Manajemen kesehatan dilakukan dengan adanya biosekuriti secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Benerjee, G. C. 1982. A Textbook of Animal Husbandry. Fifth Edition. Oxford and IBH Publishing Co. New Delhi. Dalam Handirwirawan, E., Suryana dan C. Talib. Karakteristik Tingkah Laku Kerbau Untuk Manajemen Produksi yang Optimal. Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau. 2008.
Currie, 1988 dalam Ibrahim, et. al.,2001. Water Buffalo in Asia. National Science Foundation. Sri Langka. Dalam Handirwirawan, E., Suryana dan C. Talib. Karakteristik Tingkah Laku Kerbau Untuk Manajemen Produksi yang Optimal. Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau.2008.
Devendra, C. 1987. The Nutrition of Herbivore. Hacker, J. B. Dan J. H. Ternouth. (ed). Academy Press. Sidney.
Diwyanto, K dan Subandriyo. 1995. Peningkatan mutu genetik kerbau lokal diIndonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian XIV (4) : 92- 101.
Fahimuddin, M. 1975. Domestic Water Buffalo. Oxford and IBH Publishing Co, New Delhi.
FAO. 2000. Water Buffalo : An Asset Undervalued. FAO Regional Office for Asia and The Pasific. Bangkok. Thailand.
Hadjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan P.T. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Halgberg , M. S dan O. Lind. 2003. Buffalo MilkProduction - Chapter 5 : Milk Production of The Buffalo. http://www.milkproduction.com. [18 januari 2012].
Tillman, A ,D ,H ,Hartadi, S, Reksohadiprojo,S, Prawirokusumo, dan S, Lepdosoekojo., 1981. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.