Hay sobat, Dunia Peternakan kembali mempublish makalah. Kali ini tentang kambing perah yang era ini sedang gencar sebagai plasma nutfah, terutama di Jawa Barat.
"Manajemen Kambing Perah"
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kambing perah merupakan komoditas ternak yang banyak dikembangkan di berbagai negara. Salah satu benua yang memiliki komoditas kambing perah terbesar adalah asia dan afrika. Bangsa kambing perah menghasilkan produksi susu yang berbeda-beda. Banyak manfaat dan keuntungan yang diambil dari ternak kambing perah baik dari segi produksi yang menghasilkan susu untuk kesehatan manusia maupun pendapatan peternak karena harga kambing dan susu yang mahal. Beberapa alasan kambing perah sebagai alat untuk mengentaskan kemiskinan adalah merupakan komoditi yang fleksibel didalam pengelolaan karena tidak memerlukan lahan luas, modal relative lebih kecil, dapat dipelihara oleh kalangan ekonomi rendah, dapat menghasilkan air susu yang setiap hari dengan harga cukup tinggi dibandingkan susu sapi, gizi yang terdapat didalam air susu kambing dapat digunakan sebagai obat berbagai penyakit dan mengatasi malnutrisi pada anak-anak.
Produksi susu kambing perah memberikan kontribusi sebesar 2,2 % dari total produksi susu sedunia (Seifert, J, 2012). Populasi kambing perah di Negara berkembang, kurang lebih 921 juta atau lebih 90 % dari populasi dunia dan 60%nya terdapat di Asia, demikian pula breed terbanyak dijumpai di Asia (FAO, 2010 dalam Makkar, 2012). Didalam pemeliharaannya kambing perah paling banyak dijumpai dalam lokasi lahan sempit dengan kandang tipe panggung sehingga sangat diperlukan pemilihan bahan pakan berkualitas dengan suplemen dan tambahan bahan pakan lain untuk mencukupi kebutuhan mineral khususnya.
Manajemen pemeliharaan terutama manajemen pemberian pakan yang baik sangat perlu diperhatikan untuk menghasilkan produksi air susu yang optimal. Pakan merupakan faktor terbesar untuk menghasilkan produktivitas tinggi, yaitu produksi air susu pertumbuhan dan produksi cempe. Kita telah mengetahui bahwa pakan kambing perah lebih beragam dan lebih ‘sulit” dibanding domba. Hal ini disebabkan oleh sifat kambing perah yang lebih “memilih” pakan dibanding ternak lainnya. Latar belakang pemilihan pakan oleh kambing perah juga dikarenakan asal usul ternak yang hidupnya lebih liar dan aktif sehingga kambing cenderung memilih pakan. Jenis pakan kambing perah yang umum adalah hijauan dan konsentrat. Hijauan terdiri atas leguminosa, daun tanaman pangan, daun tanaman buah, daun dan ranting tanaman (ramban), karena pakan kambing biasanya berasal dari rambanan. Konsentrat terdiri atas limbah pengolahan bahan pangan seperti dedak, bekatul, onggok, bungkil kedelai, pollard dan lainnya. Semua bahan pakan tersebut ketersediaan di setiap tempat berbeda-beda sehingga jenis pakan yang diberikan ke kambing perah juga berbeda disetiap wilayah, menyesuaikan dengan potensi wilayah setempat ternak dipelihara.
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
a. Mengetahui jenis pakan yang diberikan untuk kambing perah laktasi
b. Mengetahui beberapa cara pemberian pakan untuk kambing perah laktasi
c. Memahami manajemen pemberian pakan kambing perah laktasi
1.2.2 Manfaat
a. Mampu memilih jenis pakan yang cocok untuk kambing perah laktasi
b. Mampu memberikan pakan kualitas terbaik untuk kambing perah laktasi
c. Mampu melakukan cara pemberian pakan yang sesuai dengan jenis kambing perah laktasi
d. Mampu melakukan manajemen waktu yang baik dalam pemberian pakan
II. PEMBAHASAN
2.1 Pakan Kambing Perah Laktasi
Pakan merupakan salah satu unsur yang sangat penting pada peternakan, khususnya pada ternak kambing yang sedang laktasi pakan sangat di butuhkan. Pakan ternak memegang peranan penting dalam pertumbuhan ternak dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, serta produksi. Disamping itu pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat menyebabkan defisiensi makanan sehingga ternak mudah terserang penyakit. Oleh karena itu penyediaan dan pemberian pakan diupayakan terus menerus sesuai dengan standar gizi menurut tingkatan umur ternak dan keadaan ternak.
Ternak kambing yang sedang laktasi memerlukan pakan yang cukup dan dapat memenuhi kebutuhannya. Menurut Wibowo (2013), menyatakan bahwa dalam satu jenis atau bangsa kambing perbedaan lama masa laktasi menyebabkan perbedaan jumlah total produksi susu selama masa laktasi. Semakin lama masa laktasi akan semakin banyak total produksi susu yang dihasilkan. Korelasi ini tidak berarti akan semakin tinggi keuntungan yang diraih. Pemberian dan konsumsi pakan juga akan mempengaruhi masa laktasi kambing.
Kambing perah laktasi (induk menyusui) membutuhkan asupan nutrisi pakan paling banyak dibandingkan fase fisiologis lainnya. Hal ini dikarenakan induk menyusui memerlukan gizi untuk proses menyusui selain kebutuhan gizi untuk perbaikan kondisi tubuhnya pasca melahirkan. Pakan induk menyusui paling tidak membutuhkan pakan yang mengandung protein kasar 14-16%. Pakan jenis hijauan sebaiknya diberikan dengan porsi berlebih dengan rasio hijauan jenis rumput 50% dan jenis legume 50%. Pakan tambahan diberikan dengan kadar protein kering 14-16% sebanyak 0.5 hingga 1 kg/ekor/hari tergantung banyak tidaknya produksi susunya. Pemberian tambahan mineral sangat diajurkan pada kondisi ini, tujuannya untuk menghindarkan kekurangan mineral bagi si induk laktasi (Ari,2010). Sama dengan ternak lainnya, kambing juga memerlukan 5 gizi utama yaitu: energi, protein, mineral, vitamin dan air dalam jumlah yang cukup agar dapat tumbuh, berkembang biak dan berproduksi sesuai dengan potensi genetiknya (Sutama,2011).
Berdasarkan jenis pakan, kambing tergolong dalam kelompok herbivora atau hewan pemakan tumbuhan secara alamiah, karena kehidupan awalnya di daerah-daerah pegunungan, kambing lebih menyukai rambanan (daun-daunan) daripada rumput. Jenis pakan kambing perah yang umum adalah hijauan dan konsentrat. Menurut Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2013), Bahan pakan untuk kambing pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut: golongan rumput-rumputan, golongan kacang-kacangan,hasil limbah pertanian dan golongan makanan penguat (konsentrat).
2.1.1 Hijauan
Hijauan merupakan pakan ternak yang berasal dari tanaman. Hijauan pakan ternak (HPT) yang paling umum digunakan dalam budidaya kambing adalah jenis rumput-rumputan dan leguminosa. Pakan alami biasanya terdiri dari berbagai macam daun, yaitu daun Turi, daun dadap, daun pepaya ataupun daun katuk. Ketiga daun ini sangat efektif untuk meningkatkan jumlah produksi susu harian pada kambing perah. Pemberian daun atau hijauan ini tidak usah terlalu banyak, tetapi harus ada disaat pemberian makanan kambing.
a. Rumput
Dari kelompok tanaman lokal jenis rumputan yang disukai kambing antara lain adalah rumput Axonopus compressus (rumput pahit), Cynodon dactylon (rumput kawat), Ottocloa nodusa, sedangkan kelompok introduksi jenis rumput-rumputan yang sangat cocok untuk ternak kambing antara lain adalah Brachiaria ruziziensis, Brachiaria humidicola, Paspalum guonearum, Paspalum ateratum dan Stenotaphrum secundatum (Prihanto,2009).
b. Leguminosa
Leguminosa merupakan tanaman jenis kacang-kacangan. Dari kelompok leguminosa jenis Stylosanthes guianensis yang termasuk kedalam legum merambat sangat disukai ternak kambing dan memiliki kualitas nutrisi yang baik, karena kandungan proteinnya tinggi dan mudah dicerna. Jenis leguminosa pohon beberapa yang cocok untuk ternak kambing antara lain Gliricidia sepium (sengon), Leucaeca leucochepala (lamtoro), Calliandra callothyrsus (Kaliandra) dan Indigofera sp.
c. Tanaman ramban
Tanaman ramban yang sering di berikan untuk kambing yaitu daun nangka daun kacang tanah, daun kacang panjang, daun kedelai, daun gamal, daun turi, daun lamtoro dan daun kaliandra.
d. Limbah tanaman pangan
Tanamaan yang sering diberikan pada kambing yaitu kulit daun singkong, daun pepaya, batang kangkung, daun jagung, pisang, daun jagung. Menurut Wibowo (2013), hijauan yang diberikan untuk ternak kambing yang sedang laktasi adalah daun rendeng yang dikeringkan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada ternak, apabila kambing diberi daun rendeng dalam bentuk segar ternak tidak mau makan, selain itu kotoran ternaknya pun lebih lembek. Hal ini tidak sesuai dengan (Sodiq dan Abidin, 2008) yang menyatakan bahwa pakan berupa hijauan dalam bentuk segar, umumnya lebih disukai kambing dibandingkan dengan bahan pakan dalam keadaan kering. Selain daun rendeng, juga dapat diberi pakan daun buah jambu, daun nangka, daun lamtoro, petai cina, limbah pertanian ataupun rumput lapang apabila persedian daun kacang-kacangan tidak ada.
2.1.2 Konsentrat
Kambing yang sedang laktasi membutuhkan pakan yang mengandung protein lebih tinggi, karena proses pembetukan susu membutuhkan suplai protein yang tinggi. Sistem pencernaan pada rumen sering menjadi penyebab kurang efektifnya pemberian konsentrat dengan kadar protein yang tinggi. Penyebabnya adalah konsentrat tersebut akan diurai atau difermentasi oleh bakteri dan mikroba lain di dalam rumen, sehingga protein terdegradasi sebelum diserap. Untuk tetap mempertahankan keberadaan zat makanan yang terkandung di dalam konsentrat, pemberiannya perlu disiasati (Sodiq dan Zainal, 2008).
Beberapa bahan konsentrat yang biasa diberikan adalah bekatul, bungkil kedelai, ampas tahu, bungkil kelapa, atau campuran dari beberapa konsentrat tersebut. Misalnya 62% bekatul, 20% ampas tahu, 15% bungkil kedelai, 1% garam dapur, dan 2% tepung tulang. Jumlah pemberian sebanyak 0,5-0,6 kg/ekor dan diberikan dalam bentuk bubur (dicampur dengan air). Sebaiknya diusahakan agar konsentrat dikonsumsi habis dalam waktu singkat untuk menghindari bercokolnya jamur yang bisa menimbulkan penyakit (Sodiq dan Zainal, 2008).
Pakan eksternal (ektra fooding) yang bisa mendongkrak produksi susu terdiri dari makanan yang memiliki kandungan berprotein tinggi, seperti kedelai, kulit kedelai, ampas bir, ampas tahu dan kulit gandum (polard). Semakin banyak pemberian makanan ini maka semakin banyak pula jumlah produksi susu yang akan dikeluarkan kambing perah. Kambing akan berproduksi susu secara maksimal di usia laktasi hari pertama sampai hari ke 60. setelah hari ke 61 maka peningkatan jumlah produksi susu akan bersifat lambat dan biasanya hanya akan stabil.
2.2 Manajemen Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pagi dan sore hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Santosa (2006) yang menyatakan bahwa pemberian pakan minimal 2 kali sehari. Pada pagi hari ternak diberikan hijauan dan konsentrat dalam waktu yang hampir bersamaan, konsentrat dalam bentuk kering diberikan terlebih dahulu kemudian hijauan langsung diberikan pada ternak. Hijauan yang diberikan pada ternak tidak dipotong-potong terlebih dahulu (diberikan dalam bentuk panjang). Hijauan yang diberikan pada ternak langsung dicampur dan diberikan bersama-sama antara rumput lapang, gamal dan rumput gajah. Sore hari ternak hanya diberikan hijauan. Murtidjo (1993) menjelaskan bahwa keuntungan yang diperoleh dari pemberian pakan kasar bersama makanan penguat adalah adanya kecenderungan mikroorganisme dalam rumen dapat memanfaatkan makanan penguat terlebih dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya memanfaatkan makanan kasar yang ada. Dengan demikian mikroorganisme rumen lebih mudah dan lebih cepat berkembang populasinya, sehingga semakin banyak makanan yang harus dikonsumsi ternak kambing,
Waktu pemberian yang terbaik adalah saat kambing sudah banyak mengkonsumsi hijauan, tetapi belum terlihat kenyang. Pada saat-saat seperti ini, rumen akan dipenuhi oleh hijauan, sehingga aktivitas rumen sedang tinggi-tingginya. Pemberian konsentrat pada saat seperti ini bisa menghindari proses fermentasi bahan pakan di dalam rumen, sehingga keberadaan zat-zat makanan dapat dipertahankan. Hal ini disebabkan konsentrat tidak terlalu lama berada di dalam rumen.
Menurut Sarwono (1999) menyatakan, kambing membutuhkan jenis hijauan yang beragam. Kambing sangat menyukai daun-daunan dan hijauan selain itu kambing juga memerlukan pakan penguat untuk mencukupi kebutuhan gizinya. Pakan penguat bisa berupa dedak, bekatul padi, jagung atau ampas tahu dan dapat juga campurannya. Pakan sangat dibutuhkan kambing untuk tumbuh dan berkembang biak. Menurut Mulyono (2003), Pemberian pakan yang efisien mempunyai pengaruh lebih besar dari pada faktor-faktor yang lainnya, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas.
Menurut Schroeder (2004), ada banyak cara pemberian pakan kambing perah laktasi misalnya:
a. Pemberian dalam bentuk segar, pemberian ini paling mudah karena langsung diberikan ke ternak setelah pengambilan pakan. kelebihannya pakan dalam bentuk segar, ternak tidak ada kesulitan apapun. Kekurangannya pakan tidak dapat disimpan dalam waktu lama. Pemberian pkan dapat dalam bentuk cacahan kecil 2 sd 5 cm, bahkan dibeberapa tempat diberikan utuh. untuk pakan cacah, lebih memudahkan ternak mengambil dan mengunyah, tetapi dari sisi tenaga perlu waktu untuk mencacah. pada pemberian segar dapat dicampur dengan dedak/bekatul/bungkil kedelai sekaligus. beberapa peternak memberikan hijauan terpisah dari konsentrat.
b. Pemberian dalam bentuk kering, biasanya berupa limbah tanaman pangan yang difermentasi. Pemberian pakan dalam bentuk kering harus disertai air minum lebih banyak untuk membantu palatabilitas. pemberian pakan bentuk kering memerlukan adaptasi bagi ternak yang belum terbiasa. kelebihan pakan dalam bentuk kering adalah dapat disimpan lebih lama, sehingga dapat digunakan sebagai cara untuk menyimpan pakan saat produksi berlebih.
c. Bentuk pakan komplit yaitu pakan dalam bentuk kering dan sudah dalam susunan yang mencukupi kebutuhan hidup dan produksi kambing perah. Bentuk pakan ini dapat disimpan sampai 6 bulan atau lebih bergantung pada tempat penyimpanan. Pakan komplit yang difermentasi atau dibuat silase terlebih dahulu mempunyai kelebihan yaitu palatabilitas meningkat karena tekstur pakan lebih lunak dan bau khas yang meninbah selera makan.
Menurut Ketut (2007), hal-hal yang harus diketahui dalam pemberian pakan kambing laktasi antara lain :
a. Kambing laktasi memerlukan jumlah pakan yang lebih banyak dari kambing yang tidak laktasi.
b. Pakan kambing laktasi harus mengandung protein kasar 14-16%.
c. Beri pakan hijauan dalam jumlah yang berlebih (ad libitum) agar produksi susu tinggi.
d. Pakan tambahan (PK=14-16%) sebanyak 0,5-1 kg/hari tergantung tingkat produksi susu.
e. Air merupakan komponen pakan penting yang harus selalu tersedia secara bebas.
f. Sangat baik bila diberi tambahan “mineral blok” untuk mengatasi kemungkinan kekurangan mineral dalam pakan.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai pakan dan manajemen pemberian pakan terhadap kambing perah laktasi dapat disimpulkan bahwa :
1. Kambing perah laktasi (induk menyusui) membutuhkan asupan nutrisi pakan paling banyak dibandingkan fase fisiologis lainnya
2. Jenis pakan kambing perah laktasi adalah hijauan dan konsentrat. Hijauan biasanya dalam bentuk ramban
3. Pakan hijauan yang diberikan seperti rumput, leguminosa, tanaman ramban, dan limbah tanaman pangan
4. Pakan Konsentrat yang diberikan seperti bekatul, bungkil kedelai, ampas tahu, bungkil kelapa, atau campuran dari beberapa konsentrat tersebut
5. Manajemen pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pagi dan sore hari.
6. Cara pemberian pakan kambing perah laktasi yaitu pemberian dalam bentuk segar, pemberian dalam bentuk kering dan bentuk pakan komplit
DAFTAR PUSTAKA
Ari K.J. 2010. Materi nutrisi pakan ternak kambing perah, pelatihan beternak kambing Perah. Kandang Bamboo management.
Budiharjo, Marzuki dan Rianto. 2009. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Peternak dalam Pengambilan Keputusan Manajemen Usaha Ternak Kambing di Kota Smarang, (Skripsi), Fakultas Peternakan Universitas diponegoro, Semarang.
Chuzaemi, S. dan Hartutik. 1988. Ilmu Makanan Ternak Khusus Ruminansia. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2013. Budidaya Ternak Domba. Jakarta.
Ketut, Sutama. 2007. Petunjuk teknis beternak kambing perah. Kanisius. Yogyakarta.
Makkar, H.P.S. 2012. Perspective for increasing nutrient use efficiency in dairy goat production. Proceed: 1st Asia dairy Goat Conference. Eds: Rasesee Abdullah. Kuala Lumpur, Malaysia.
Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2003. Ternak Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan Ke-V. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2008. Penggemukan Kambing Potong. Penerbit PT.Penebar Swadaya. Jakarta..
Murtidjo, B.A. 1993. Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Prihanto. 2009. “Manajemen Pemeliharaan Induk Laktasi di Peternakan Sapi Perah Cv. Mawar Mekar Farm Kabupaten Karanganyar”. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Santosa, U. 2006. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi Cetakan Pertama. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sarwono, B. 1991. Beternak Kambing Unggul. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Schroeder. 2004. Operation Management. Second Edition. McGraw Hill, Singapore.
Setiawan, T. dan Arsa, T. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sodiq, A., dan Z. Abidin. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa Cetakan Pertama. Agromedia Pustaka. Jakarta
Sutama, I Ketut. 2011. Kambing Peranakan Etawah Sumberdaya Ternak Penuh Berkah. Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor. Wibowo, Puguh Arif, Triana Yuni Astuti dan Pramono Soediarto. 2013. “Kajian Total Solid (Ts) dan Solid Non Fat (Snf) Susu Kambing Peranakan Ettawa (Pe) pada Satu Periode Laktasi”. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol. 1(1):214-