Dunia Peternakan kembali mempublish contoh contoh laporan menegenai bidang peternkan. Menyediakan akses para akademik peternakan pada laporan laporan yang faktual.
PENDAHULUAN
Banyak masyarakat awam tidak bisa menjelaskan perbedaan khusus antara domba dan kambing. Padahal keduanya memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda yaitu, pada kambing terdapat janggut di dagunya terutama pada kambing jantan dan pangkal ekornya terdapat kelenjar yang mengeluarkan bau khas kambing. Sedangkan domba memiliki bulu yang sangat tebal dan keriting yang biasa dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan dasar wool. Domba dan kambing merupakan hewan ternak yang cukup popular di dunia. Hal ini ditunjukan dari banyaknya bangsa-bangsa domba dan kambing yang dikembangkan oleh masyarakat di dunia.
Kerbau merupakan salah satu plasma nutfah Indonesia, namun karena peminat kerbau hanya kalangan tertentu atau merupakan bagian dari adat suatu daerah tertentu saja mengakibatkan ternak kerbau kurang berkembang jika dibandingkan dengan sapi. Kerbau yang berkembang di Indonesia merupakan jenis kerbau sungai dan kerbau rawa. Kerbau sungai merupakan ternak penghasil susu, sedangkan kerbau rawa merupakan ternak penghasil daging. Di Jawa khususnya, kerbau rawa yang banyak dikembangkan oleh masyarakat. Hal tersebut terbukti dari jenis bangsa kerbau yang dijual di pasar hewan kebanyakan adalah bangsa kerbau rawa. Karakteristik dari kerbau rawa adalah warna hitam dan tanduk yang agak pendek dan melengkung keatas.
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas. Ternak yang diukur adalah kambing, domba, sapi, dan kerbau. Seharusnya berdasarkan kurva peningkatan bobot tubuh masing-masing jenis ternak mendapatkan hasil yang sama yaitu kurva berbentuk sigmoid (huruf S). Karena pada saat hewan masih muda poses pertumbuhan berjalan secara cepat, tetapi pada saat ternak sudah dewasa pertumbuhan mengalami keterlambatan. Namun, hasil yang didapat pada saat praktikum menujukan kurva yang tidak berbentuk sigmoid. Hal tersebut dapat disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan praktikan tentang perbedaan karakteristik dari setiap umur ternak.
Sebelum dikonsumsi ternak terlebih dahulu disembelih baik oleh individu maupun di rumah potong hewan. Ternak yang akan dipotong di rumah potong hewan mengalami stress akibat perjalanan yang ditempuh dari peternakan menuju RPH. Untuk itu sebelum dipotong, ternak harus diistirahatkan dan dipuasakan sehingga menghasilkan daging yang berkualitas. Proses-proses pemotongan hewan adalah viksasi, penyembelihan, pengeluaran darah, pemisahan kepala dan dengkil, pengulitan, eviscerasi,penanganan karkas, dan penanganan non karkas.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ternak potong di indonesia diantaranya sapi, kerbau, kambing, dan domba sebagian besar masih dipelihara secara tradisional. Hal ini masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Pemeliharaan ternak potong masih bersifat sebagai usaha sambilan disamping usaha pokoknya sebagai petani. Ternak potong yang dipelihara biasanya disesuaikan dengan selera peternak. Ada yang menyukai memelihara ternak potong besar (sapi dan kerbau) untuk mendukung usaha pertaniannya, adapula yang menyukai memelihara ternak potong (domba, kambing) atau bahkan kedua-keduanya.
Para petani tradisional kebanyakan lebih memilih bangsa ternak lokal daripada ternak impor. Sejauh ini ternak kambing yang dipelihara contohnya kambing Peranakan Etawah dan jawa Randu. Adapun domba yang dipelihara adalah domba ekor tipis dan domba ekor gemuk. Sedangkan bangsa babi yang dipelihara umunya bangsa babi impor.Di dunia terdapat banyak bangsa sapi yang jumlahnya cukup banyak. Sehubungan dengan itu, peternak yang maju pasti akan selalu mengikuti perkembangan dunia peternakan, khususnya perkembangan bangsa sapi potong. Apalagi jika kita ingin memperbaiki mutu sapi local, disamping harus mengetahui bangsa-bangsa sapi di Indonesia, kita juga harus mengetahui bangsa-bangsa luar negeri.
Setidak-tidaknya kita harus mengenal bangsa-bangsa sapi tropis ataupun subtropis dan keturunannya. Peternak yang sudah berpengalaman di lapangan cukup banyak akan lebih mampu menilai dan memperbandingkan antara satu dengan yang lainnya, dalam hal sapi yang paling cocok dan lebih banyak memberikan keuntungan ekonomis. Bangsa sapi yang demikian dapat dipertahankan untuk diternakkan dan dibiakkan di daerahnya.
1.2. Pengenalan Bangsa Ternak Potong
1.2.1. Materi
1.2.1.1. Alat
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah jas praktikum, sepatu kandang, alat tulis, pita ukur, kartu praktikum, buku praktikum, kamera digital atau kamera HP.
1.2.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pengenalan bangsa-bangsa sapi, kerbau, domba dan kambing adalah ternak sapi, kerbau, domba potong dan ternak kambing potong.
2.1.2 Cara Kerja
1.Ternak domba atau kambing diamati
2.Identitas ternak yang diamati dicatatTernak diukur meliputi lingkar dada, tinggi badan, dan panjang badan
3.Karakteristik dan performan ternak dinilai secara fisik
4. Ternak yang diamati difoto
1.3. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk memperkenalkan kepada mahasiswa tentang aneka ragam bangsa ternak potong yang banyak dijumpai di Indonesia. Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat membedakan bermacam-macam ternak sapi, kerbau, domba, dan kambing. Disamping itu, mahasiswan diharapkan dapat mengetahui karakteristik atau ciri-ciri dari masing-masing bangsa ternak potong.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Hasil
2.1.1. Pengenalan Bangsa Ternak Potong
2.1.1.1. Identitas
Ternak yang Diamati
Tabel 1. Identitas
Ternak yang Diamati
No.
|
Nama Pemilik
|
Bangsa Ternak
|
Sex
|
Kondisi (G,S,K)*
|
Ukuran Statistik Vital
|
Umur Ternak (th)
|
LD (cm)
|
PB (cm)
|
TB (cm)
|
BB (cm)
|
1.
|
EXFARM
|
Sapi PO
|
J
|
S
|
150
|
90
|
142
|
274,2
|
2
|
2.
|
EXFARM
|
Sapi PO
|
J
|
G
|
176
|
96
|
150
|
425,4
|
2
|
3.
|
EXFARM
|
Sapi PO
|
J
|
S
|
150
|
80
|
142
|
274,2
|
2
|
4.
|
EXFARM
|
Saanen
|
B
|
S
|
89
|
75
|
80
|
36,9
|
-
|
5.
|
EXFARM
|
PE
|
J
|
S
|
75
|
61
|
73
|
28,3
|
-
|
6.
|
EXFARM
|
PE
|
J
|
S
|
74
|
65
|
78
|
27,7
|
-
|
7.
|
EXFARM
|
Jawa R
|
J
|
S
|
74
|
63
|
69
|
27,7
|
-
|
2.1.1.1. Penilaian Kondisi Luar Ternak
Tabel 2. Penilaian
Kondisi Luar Ternak
No.
|
Kesan
Umum (x 2)
|
Perlemakan
(x 1)
|
Perdagingan
|
Total
Skor
|
Kondisi
(G,S,K) **
|
Tengkuk,
dada, dan bahu (x1)
|
Punggung
dan pinggang (x3)
|
Paha
(x3)
|
1.
|
6
|
3
|
3
|
6
|
6
|
24
|
S
|
2.
|
8
|
2
|
3
|
6
|
6
|
23
|
G
|
3.
|
6
|
4
|
4
|
9
|
12
|
37
|
S
|
4.
|
6
|
3
|
3
|
9
|
7,5
|
28,5
|
S
|
5.
|
4
|
3
|
2
|
9
|
9
|
27
|
S
|
6.
|
6
|
3
|
3
|
6
|
6
|
24
|
S
|
7.
|
8
|
3
|
3
|
12
|
12
|
38
|
S
|
2.1.1.2. Ciri-ciri
Tubuh Ternak yang Diamati
Tabel 3. Ciri-ciri
Tubuh Ternak yang Diamati
No.
|
Warna
Kulit/ Bulu
|
Bentuk
Muka
|
Gelambir
|
Punuk
|
Bentuk
Tanduk
|
Bentuk
Kuku
|
Bentuk
Telinga
|
Bentuk
Ekor
|
Postur
Tubuh
|
1.
|
Putih
|
Datar
|
Ada
|
Ada
|
Melengkung
|
Genap
|
Tegap
|
Melengkung
|
Tegap
|
2.
|
Putih
|
Cembung
|
Ada
|
Ada
|
Tegap
|
Genap
|
Tegap
|
Melengkung
|
Tegap
|
3.
|
Putih
|
Datar
|
Ada
|
Ada
|
Tegap
|
Genap
|
Tegap
|
Melengkung
|
Tegap
|
4.
|
Putih
|
Konvec
|
Tidak
Ada
|
Tidak Ada
|
Melengkung
kebelakang
|
Ganjil
|
Menjuntai
|
Melengkung
Keatas
|
Tegap
|
5.
|
Putih hitam
|
Cembung
|
Ada
|
Ada
|
Melengkung
kebelakang
|
Genap
|
Menjuntai
|
Melengkung
Keatas
|
Tegap
|
6.
|
Putih hitam
|
Cembung
|
Ada
|
Ada
|
Melengkung
kebelakang
|
Genap
|
Menjuntai
|
Melengkung
keatas
|
Tegap
|
7.
|
Coklat susu
|
Cembung
|
Ada
|
Tidak
Ada
|
Lancip
kebelakang
|
Genap
|
Menjuntai
|
Melengkung
keatas
|
Tegap
|
2.1.
Pembahasan
Praktikum pengenalan bangsa ternak potong domba dan kambing dilaksanakan di Exferimental Farm pada tanggal 1 April 2014. Domba dan kambing yang diamati diantaranya adalah domba batur, kambing peranakan etawa (PE), kambing saanen. Pada saat praktikum kelompok kami tidak mengukur domba sehingga kita hanya mendapatkan informasinya saja. Menurut Haqiqi (2008), domba Batur mempunyai ciri khas yang berbeda dengan rumpun domba asli atau domba lokal lainnya dan merupakan kekayaan sumber genetik ternak lokal Indonesia yang perlu dilindungi dan dilestarikan. Asal usul Domba Batur sendiri merupakan hasil persilangan antara Domba Merino dengan domba ekor tipis. Domba ini tersebar di kecamatan Batur dan sekitarnya, yang secara turun-temurun dikembangkan oleh masyarakat sejak tahun 1974 dan menjadi milik masyarakat Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Karakteristik Domba Batur, yaitu :
1. Memiliki warna tubuh dominan putih susu, bulu berupa wol halus dan lebat yang hampir menutupi seluruh permukaan tubuh.
2. Pejantan dan betina sama-sama tidak bertanduk
3. Bobot pejantan 108 kg, betina sampai 82 kg.
Beberapa ciri yang dikemukakan diatas terdapat perbedaan terhadap domba yang diamati pada saat praktikum di experimental farm yaitu pada umumnya bulu wol domba batur halus sedangkan pada kenyataan di lapangan bulunya kotor dan tidak halus. Kemudian bobot yang idealnya Bobot pejantan 108 kg, betina sampai 82 kg namun keadaan lapangan bobot domba batur jantan adalah 130,32 kg dan betinanya rata-rata 76,84 kg.
Kambing yang diamati pada saat praktikum adalah kambing Peranakan Etawa (PE), jawa randu dan kambing Saanen. Kambing PE jantan yang pertama memiliki bobot 28,32 kg dan yang kedua adalah memiliki bobot 27,71. Kambing PE yang diamati memiliki beberapa ciri-ciri yaitu warna kulit atau bulu putih, bentuk muka cembung, memiliki gelambir dan punuk, betuk tanduk melengkung kebelakang, bentuk kuku pada kambing PE ganjil, bentuk telinga menjuntai, bentuk melengkung keatas, dan postur tubuh kambing tegap.
Cahyono (2010) menyatakan kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing kacang dan kambing etawa. Kambing ini merupakan penghasil daging dan susu. Jenis kambing ini banyak diusahakan di Indonesia. Ciri-ciri badannya sebagai sebagai berikut: Memiliki warna bulu bervariasi, ada yang berwarna cokelat muda, hitam, dan lain-lain, Memiliki daun telinga, yakni sekitar 18 - 30 cm. Tinggi badannya mencapai 76 cm- 100 cm. Memiliki ukuran berat badan sekitar 40 kg untuk yang jantan dewasa, dan 35 kg untuk yang betina dewasa. Pada kambing jantan memiliki bulu agak panjang dan lebih tebal yang terdapat pada bagian atas dan bawah leher, serta pada bagian pundaknya. Sedangkan yang betina pada bagian garis belakang paha memiliki bulu lebih panjang dan tebal.
Kambing PE yang diamati pada saat praktikum berumur 1 tahun. Sehingga hasil praktikum dan pernyataan dari Cahyono (2010) beberapa yang tidak sesuai. Karena karakter kambing yang masih muda belum berkembang secara sempurna, seperti bobot badan, tinggi badan, panjang daun telinga belum mencapai ukuran yang sempurna. Kambing PE jantan dan betina hasil praktikum yaitu 14,18 kg dan 22,17 kg. Sedangkan bobot badan kambing PE jantan dan betina dewasa menurut Cahyono (2010) mencapai 40 kg dan 35 kg. Tinggi badan kambing PE muda jantan dan betina hasil praktikum 69 cm dan 66 cm, sedangkan berdasarkan literatur tinggi badan kambing dewasa mencapai 76 cm- 100 cm. Panjang daun telinga kambing PE muda juga tidak sepanjang daun telinga kambing PE dewasa. Karakter kambing PE muda yang sama dengan kambing PE dewasa adalah warna bulu dan keadaan bulu kambing jantan lebih lebat dan panjang daripada bulu yang terdapat pada kambing PE betina.
Kambing saanen adalah kambing tipe dwiguna yang selain menghasilkan susu juga menghasilkan daging. Kambing ini bukan asli berasalan dari Indonesia melainkan dari Lembah Saanen tepatnya di negara Swiss. diamati memiliki beberapa ciri-ciri yaitu warna kulit atau bulu putih halus , bentuk muka convek, tidak memiliki gelambir dan punuk, betuk tanduk melengkung kebelakang, bentuk kuku pada kambing PE ganjil, bentuk telinga menjuntai, bentuk melengkung keatas, dan postur tubuh kambing tegap.
Menurut Purnomoadi (2003), pada umumnya kambing Saanen memiliki ciri-ciri kepalanya kecil, lahir , leher panjang dan halus, warna bulu putih, krem pucat dengan bercak-bercak hitam di hidung, telinga dan ambing, bulunya pendek, kaki lurus kuat, telinga kecil dan pendek, tegak ke arah depan dan samping, kambing saanen biasanya cukup peka terhadap sinar matahari. Sedangkan menurut Cahyono (2010), produksi susunya mencapai 800 kg masa laktasi nya sekitar 250 hari. Mempunyai ukuran dan dada lebar, mempunyai bulu putih atau krem pucat/muda. Telinga nya tegak dan mengarah ke depan, memiliki tandung baik jantan maupun betina ukuran badan kecil. Sedangkan menurut pendapat Suparman (2009) postur tubuh kambing saanen tinggi besar dan beratnya bisa mencapai 150 kg pada jantan dan 130 kg pada betina. Perbedaan pendapat kemungkinan disebabkan karena perbedaan kambing yang diamati. Jika dibandingkan pendapat yang dikemukakan dengan hasil praktikum kelompok kami kemungkinan terdapat kesamaan juga perbedaan diantara salah satu pendapat yang dikemukakan diatas, namun sebenarnya pada umumnya ciri-ciri kambing saanen sama dan tidak jauh berbeda hanya saja perbedaan kambing yang diamati membuat munculnya perbedaan persepsi.
2.1.2. Sapi dan Kerbau
Di Indonesia jenis ternak potong yang banyak sekali dipelihara adalah sapi dan kerbau. Sapi dan kerbau ini terdiri dari berbagai bangsa, yaitu ada bangsa sapi (Bos Taurus, Bos Indicus, Bos Sondaicus) dan bangsa kerbau (Swamp Type dan River Type). Perkembangan bioteknologi dibidang peternakan sudah sangat pesat sehingga saat ini bermunculan beberapa bangsa sapi potong baru, baik berasal dari persilangan maupun rekayasa genetic (Damarapeka, 2011).
Spesies : 1. Bos Taurus, golongan sapi-sapi eropa
2. Bos Indicus, golongan sapi-sapi berpunuk
3. Bos Sondaicus, golongan banteng (bosbanteng).
1. Bos Taurus
a. Simmental
Bangsa sapi simental ini berasal dari negaraswitzerlanddan merupakan salah satu bangsa sapi yang paling terkenal di eropa, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Sapi simmental ini berwarna merah dan bervariasi mulai dari merah gelap sampai hampir kuning, totol-totol serta mukanya berwarna putih. Bentuk badan dari sapi simmental ini panjang, padat dan kompak. Sapi ini terkenal karena memiliki kemampuan menyusui anaknya dengan baik serta pertumbuahan yang cepat dengan penimbunan lemak di bawah kulit rendah. Tergolong sapi yang berukuran berat, baik pada saat kelahiran, penyapihan maupun saat mencapai dewasa.dengan pertumbuhan yang baik. Berat badan dapat mencapai 800 kg untuk sapi yang betina sedang untuk sapi yang jantan dapat mencapai 1150 kg. Bangsa sapi simmental ini di Indonesia dikembangkan di daerah Kabupaten Batang dan hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG yang dapat mencapai sebesar 1,0 kg/hari.
1. Bos Indicus
a. Brahman
Bangsa sapi brahman berasal dari negaraIndiadan termasuk golongan sapi zebu yang memiliki ukuran medium. Ciri-ciri dari sapi brahman ini sebagai berikut: Sapi brahman mempunyai tanduk dan warna bulunya bervariasi mulai dari abu-abu sampai merah. Terdapat punuk yang sangat besar pada punggungnya dan memiliki lipatan kulit (gelambir) dari bawah leher sampai perut yang cukup besar. Telinga lebar dan menggantung terkulai. Berat lahir anak sapi brahman ini tergolong medium tetapi memiliki ukuran berat sapih yang tergolong ringan.
Berat badan dari sapi brahman betina dewasa dapat mencapai 585 kg sedangkan sapi brahman yang jantan dewasa dapat mencapai lebih dari 900 kg. Sapi brahman mempunyai sifat-sifat yang hanya dipunyai olah bangsa sapi tertentu, yaitu ketahanan terhadap kondisi yang sangat minimal (buruk), mempunyai toleransi terhadap panas, kemampuan mengasuh anak baik, daya tahan terhadap penyakit dan parasit (resistensi) baik. Sapi brahman ini sangat cocok untuk dipersilangkan guna menghasilkan hybrid vigor yang tinggi. Rata-rata pertambahan berat badan harian (ADG) dapat mencapai 0,9 kg/ hari. Kelemahannya yaitu toleransi yang rendah suhu udara yang rendah dan memiliki tingkat kesuburan (fertilitas) yang rendah.
b. Ongole
Sapi ongole termasuk sapi zebu yang berasal dariindiadengan ciri-ciri sebagai berikut : Berpunuk pada punggungnya, telinga besar dan menggantung serta bertanduk. Terdapat lipatan kulit (gelambir) di bawah leher dan perut. Warna kulit putih dengan bagian pinggul, leher dan sebagian kepala berwarna abu-abu atau putih kehitaman. Berat badan dapat mencapai 450 kg untuk sapi yang betina dan 600 kg untuk sapi yang jantan. Rata-rata pertambahan berat badan harian (ADG) dapat mencapai 0,4-0,6 kg/ hari dengan hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG yang dapat mencapai 0,28 kg/hr. Ciri yang khas dari sapi ongole ini yaitu adanya warna hitam yang mengelilingi lubang mata yang biasa disebut cicin mata.
2. Bos Sondaicus
Sapi bali
Sapi bali merupakan sapi asliIndonesiadari hasil domestikasi Bos Banteng, dengan ciri-ciri sebagai berikut : Warna merah bata sampai coklat kehitaman dengan warna putih pada kaki mulai dari dengkul depan dan belakang (tarsus/carpus) kebawah, bagian bibir bawah, bagian pantat dengan bentuk seperti lingkaran. Terdapat garis hitam (garis belut) pada bagian punggung yang dimuali dari leher sampai pangkal ekor. Baik sapi bali jantan maupun beina memiliki tanduk. Berat badan sapi bali betina dapat mencapai 300 kg dan yang jantan dapat mencapai 400 kg. Sapi bali mempunyai temperamen yang tinggi sehingga sifat liar masih terlihat. Sapi bali ini merupakan sapi lokal yang memiliki tipe pedaging karena persentase karkas dapat mencapai 56,9 .
III. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari praktikum ilmu
ternak potong, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
- Karakteristik yang dimiliki setiap bangsa-bangsa
ternak berbeda. Karakteristik tersebut menjadi ciri khas dan digunakan untuk
membedakan antara bangsa ternak.
- Perkawinan antar bangsa ternak yang tidak diatur
secara baik dapat mengakibatkan penurunan kualitas genetik ternak yang
dihasilkan.
- Perkembangan yang pesat dari setiap bangsa ternak
disebabkan oleh banyaknya masyarakat yeng memanfaatkan ternak tersebut.
- Domba dan kambing memiliki karakteristik yang
berbeda.
- Bangsa ternak sapi yang banyak berkembang di
Indonesia adalah bangsa sapi PO sedangkan bangsa kerbau yang banyak
dikembangkan di jawa adalah kerbau rawa.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Bambang. 2010. Beternak Domba dan Kambing. Kanisius : Yogyakarta.
Damarapeka.
2011. Bangsa-bangsa Sapi Potong.
Jakarta
Haqiqi,Sohibul
Imam.2008.Karakteristik Bangsa Domba Ekor
Tipis (Det) Dan Kodisinya Saat Ini Di Indonesia, Tesis, Universitas Jendral
Soedirman.
Purnomoadi, Agung. 2003. Ilmu Ternak Potong dan Kerja. Universitas Diponegoro : Semarang.
Suparman. 2009. Beternak Kambing. Azka Press : Jakarta.