PENDAHULUAN
Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai gizi serta nilai ekonomi yang tinggi. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Peluang usaha beternak sapi potong sangat menjanjikan karena dengan melihat meningkatnnya permintaan bahan makanan yang berasal dari hewan sebagai sumber protein hewani khususnya daging. Ternak potong yang umum di indonesia adalah babi, kambing, dan sapi.
Babi adalah ternak monogastrik yang mampu mengubah bahan makanan secara efisien.Limbah pertanian, peternakan dan sisa makanan manusia yang tidak termakan dapat digunakan oleh babi untuk menjadi produksi daging.Berdasarkan
permintaan konsumen, sampai saat ini babi tipe lemak menjadi tidak populer lagi.Masyarakat mulai mengalihkan perhatian kepada babi tipe daging, oleh sebab itu peternak mengalihkan perhatian kepada babi tipe daging (meat type).
Usaha peternakan babi di Indonesia telah lama dikenal masyarakat.Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak babi. Melalui pengamatan dan penelitian yang cukup panjang dalam kehidupan manusia, ternyata babi merupakan hewan yang memenuhi syarat dapat cepat berkembang biak dan dapat menghasilkan daging yang lebih memadai bila dikelola secara baik berdasarkan tatalaksana peternakan yang mapan, sesuai dengan perkembangan ilmu beternak hasil pengalaman dan penelitian yang telah berjalan ribuan tahun. Keunggulan babi sebagai ternak potong untuk penyediaan daging babi manusia telah diakui seluruh dunia.
Ternak ruminansia yang ukuran tubuhnya kecil seperti kambing memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai sumber pedaging. Beberapa keuntungan beternak kambing, di antaranya kambing mudah beradaptasi dengan lingkungan, dapat dipelihara di daerah kering (marjinal), kebutuhan modal lebih rendah dibandingkan hewan ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau. Meskipun peluang usaha ternak kambing menjanjikan tetapi jika manajemen pemeliharaannya tidak baik maka akan berdampak pada produktivitas ternak dan masalah ekonomi.
Keberhasilan suatu usaha pada ternak kambing tergantung pada manajemen pemeliharaannya. Manajemen pemeliharaan kambing meliputi tatalaksana pemilihan bibit, penggemukan, perkandangan, pemeliharaan, perkawinan, pemberian pakan, penanganan kesehatan dan produk pemasaran. Terlaksananya manajemen pemeliharaan yang baik dapat menghasilkan produktivitas kambing yang tinggi dan tercapainya tujuan pemeliharaan serta keuntungan yang didapat.
Usaha ternak sapi potong dapat dikatakan berhasil bila telah memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari. Agar usaha ternak sapi potong menghasilkan sapi berkualitas, peternak harus meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam beternak sapi potong, antara lain memilih bibit/bakalan yang baik, sistem pemeliharaan, pemberian pakan yang baik, dan pengawasan terhadap kesehatan ternak. Mengingat pentingnya hal tersebut maka diadakan praktek lapang produksi ternak potong mengenai Tatalaksana Pemeliharaan Babi, Kambing dan Sapi Potong.
MATERI DAN CARA KERJA
2. 1 Praktikum Manajemen Ternak Babi
Praktikan harus sudah berada di lokasi praktikum 15 menit sebelum prakikum dilaksanakan. Kartu praktikum diserahkan kepada dosen pembimbing. Praktikan melakukan wawancara dengan petugas, pemilik atau anak kandang. Praktikan melengkapi dan mencatat informasi tentang usaha ternak babi di desa yang bersangkutan. Praktikan mengukur statistik vital ternak, kandang dan bagian-bagiannya, serta mencatat hal-hal yang berhubungan dengan manajemen pemeliharaan. Buku praktikum dikumpulkan kepada dosen setelah praktikum selesai untuk dikoreksi kemudian praktikan berpamitan dengan petugas setempat saat akan meninggalkan lokasi.
2.2 Praktikum Manajemen Ternak Kambing Potong
Praktikum mengenai manajemen ternak kambing dilakukan pada peternakan yang berada di desa Karanggude kecamatan Karanglewas, yang dilakukan dengan wawancara kepada pengelola peternak, mencatat dan mengukur hal-hal yang perlu diukur kemudian di catat hasil pengukurannya.
2.3 Praktikum Manajemen Ternak Sapi Potong
Praktikum mengenai manajemen ternak sapi potong dilakukan terhadap peternakan yang berada di desa karang nangka. Kegiatan praktikum dilakukan dengan wawancara terhadap pengelola peternakan, mencatatnya dan mengukur hal-hal yang perlu diukur kemudian dicatat hasil pengukurannya.
HASIL KEGN
3.1 Hasil
3.1.1 Praktikum Manajemen Ternak Babi
A. IdentitasPeternak (Responden)
1. Namapeternakan : BapakArisGunadiumur
52 th
2. Alamatpeternakan : DesaKalikidang
3. Jumlahkeluarga : 3
4. Pendidikan : SD
5. Pekerjaan : Wirausaha
6. Jumlahanggotakeluargaygbeternak : 3
7. Jenisusahapeternakan : Penggemukan, pembibitan, kombinasi
8. Populas iternak babi yang dipelihara :
Jenis/bangsababi
|
Klasifikasiternak
|
Jumlah (ekor)
|
Kematian
|
Sebabkematian
|
Landrace
|
Boar/pejantan
|
7
|
-
|
-
|
Landrace
|
Babi bunting
|
52
|
-
|
-
|
Landrace
|
Babiberanak/
Menyusui
|
18
|
-
|
-
|
Landrace
|
Babiumur 1-2
Bulan
|
129
|
-
|
Tertindihinduknya
|
Landrace
|
Babiumur 2-5
Bulan
|
90
|
-
|
-
|
Landrace
|
Babidewasa
|
77
|
-
|
-
|
Landrace
|
Babiindukkering
|
2
|
-
|
-
|
B.
Manajemen
Pemilihan Bibit Ternak Babi
1. Dari
mana asal bibit atau bakalan yang dipelihara peternak pada awal mulanya:
awalnya dari Australia sekarangdari Solo
2. Apa alasan
peternak memilih bibit/bakalan tersebut: kualitas baik
3. Dalam
pengadaan bibit sebagai pengganti induk/ pejantan, apakah peternak menyeleksi sendiri/membeli
lagi. Apabila menyeleksi sendiri bagaimana caranya: tidak, ternak dari luar
4. Syarat-syarat
apa saja yang umunya digunakan peternak dalam menyeleksi ternaknya untuk digunakan
sebagai calon bibit: Badanpanjang, putting banyak, besar, putting simetris dan kualitas
baik
5. Pada
umur berapa bibit yang dibeli oleh peternak: 5 bulan dan 6-7 bulan
C. MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN
1. Bahan
pakan yang digunakan:
Jenis Bahan Pakan
|
Kuantum (kg)
|
Harga per Kg (Rp)
|
Biaya
Pakan (Rp)
|
Tepung
jagung pipil
|
±
300
|
|
|
Konsentrat
|
±
150
|
|
|
Poor
|
±
50
|
|
|
Dedak
|
±
25
|
|
|
Premix
|
±
50
|
|
|
Total
|
|
|
|
2. Jumlah
pakan, bentuk dan cara pemberian pakan yang diberikan tiap hari:
No
|
Klasifikasi Ternak
|
Kuantum Pakan (Kg/ekor/hari)
|
Bentuk Pakan (Basah/Kering)
|
Cara
Penyajian (T.pakan/ditumpah)
|
1
|
Boar/pejantan
|
3
|
Kering
|
Ditumpahkan
|
2
|
Induk
Bunting
|
4
|
Kering
|
Ditumpahkan
|
3
|
Induk
Beranak/menyusui
|
5
|
Kering
|
Ditumpahkan
|
4
|
Babi
Starter
|
50
gram
|
Kering
|
Ditumpahkan
|
5
|
Babi
Grower
|
100
gram
|
Kering
|
Ditumpahkan
|
6
|
Finisher
|
500
gram
|
Kering
|
Ditumpahkan
|
7
|
Induk
Kering
|
-
|
Kering
|
Ditumpahkan
|
D. MANAJEMEN PERKAWINAN
1. Sistem perkawinan yang dilaksanakan : Alami
2. Umur babi pertama kali dikawinkan: Babi Jantan :
12-15 bulan
Babi Betina : 10-11 bulan
3. Apa alasan peternak mengawinkan ternaknya pada umur-umur tersebut :
Untuk babi jantan, alasannya :
sudah saatnya ternak ada tanda-tanda birahi
Untuk babi betina, alasannya :
sudah terlihat tanda-tanda dan tidak napsu makan
4. Pada saat birahi yang keberapa babi betina dikawinkan :
Kedua
Apa alasannya peternak mengawinkan pada saat itu :
birahi pertama organ reproduksinya belum siap
5. Kapan babi induk dikawinkan, setelah anaknya disapih :
rata-rata 1 minggu setelah anaknya disapih (tergantung kondisi induk)
6. Selama proses perkawinan, babi jantan dibiarkan kumpul dengan babi betina selama : 3 hari.
Alasannya :
sampai tidak ada tanda birahi / agar dapat menghasilkan hasil yang maksimal
7. Apa tanda-tanda babi betina mau kawin / birahi :
a. Tidak napsu makan
b. Vagina memerah
c. Gelisah
d. Menggosok-gosokkan badan
e. Menggigit kayu-kayu di kandang
8. Kapan peternak umumnya mengawinkan babinya setelah diketahui ternak birahi : siang hari
9. Apa ada perlakuan khusus yang diberikan pada ternak menjelang dikawinkan : tidak
Apabila tidak, apa alasannya :
karena perlakuan terhadap babi yang akan dikawinkan hanya dikumpulkan dengan pejantan saja
10. Selama induk bunting perlakuan tambahan apa saja yang diberikan pada induk :
tidak ada, karena masih tradisional
11. Induk bunting dipelihara dalam kandang : individual
12. Tanda-tanda induk akan melahirkan :
gelisah, bila puting dipencet keluar kolostrum, tidak napsu makan, garuk-garuk lantai, membuat sarang, disiapkan jerami
13.
Performan babi induk beranak / menyusui :
Induk
|
Kelahir-an ke-
|
Litter size (ekor)
|
Anak jantan
|
Anak betina
|
Anak mati
|
Persenta-se kematian
|
Berat lahir (kg)
|
Berat
sapih
|
1
|
|
7
|
|
|
|
|
0,8
|
10
|
2
|
|
9
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
10
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
12
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
13
|
|
|
|
|
|
|
6
|
|
13
|
|
|
|
|
|
|
Total
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Rataan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
14.
Orphan pig (anak babi kehilangan induk karena
mati/induk tidak mau menyusui anaknya), cara mengatasinya bagaimana :
dititipkan ke induk lainnya
15.
Kapan umumnya induk dikawinkan lagi setelah
anaknya disapih : 7 hari atau 1 minggu setelah anaknya disapih
16.
Kasus kematian utama anak babi selama diasuh
induk :
Kasus Kematian
|
Jumlah (ekor)
|
Persentase
(%)
|
Litter
size
|
Rata-rata
9
|
|
Mati
lahir
|
Jarang
|
|
Mati
ditindih induk
|
Jarang
|
|
Mati
dimakan induk
|
-
|
|
Mencret
/ diare
|
1
|
|
Kedinginan
|
-
|
|
Mati
sesak nafas / anemia
|
1-2
|
|
Jumlah
|
|
|
E. MANAJEMEN PEMELIHARAAN FASE STARTER
1. Perlakuan-perlakuan
peternak terhadap anak babi pda fase starter :
Jenis
perlakuan
|
Dilaksanakan
apa tidak (Ya/Tidak)
|
Apabila
Ya, pada umur berapa dilakukan
|
Apabila
Ya, apa alasannya
|
Potong tali pusar
|
ü
|
1 hari
|
|
Identifikasi
|
ü
|
1 hari
|
|
Pencegahan anemia
|
ü
|
-
|
|
Potong taring
|
ü
|
1 hari
|
|
Potong ekor
|
ü
|
1 hari
|
|
Kastrasi/ovariektomi
|
ü
|
1 hari
|
|
Vaksinasi
|
ü
|
< sebulan
|
|
2. Apabila
kastrasi dilakukan oleh tukang kastrasi, berapa biaya kastrasi per ekornya : Rp
10.000 / ekor
F.
MANAJEMEN
PEMELIHARAAN FASE GROWER
1. Anak
babi disapih pada umur 1 minggu, apa alasan peternak menyapih pada umur
tersebut : agar induk dapat dikawinkan
2. Bagaimana
cara peternak menyapih anak babi : anak yang dipisahkan
Apabila anak yang
dipisahkan, apa alasannya : agar tidak bergantung pada susu induk
3. Pada
fase grower apakah peternak mengelompokkan ternaknya berdasarkan umur / jenis
kelamin / berat badan ? apa alasannya : agar ternak seragam
4. Apa
perlakuan khusus yang diberikan pada ternak periode grower ini, apabila ada
sebutkan :
pemberian pakan yang
disesuaikan dengan kebutuhan
Grower
Bekatul 100 kg mineral 10 kg
Jagung 275 kg konsentrat 100 kg
G. MANAJEMEN PEMELIHARAAN FASE FINISHER / PENGGEMUKAN
1. Adakah perlakuan khusus yang diberikan peternak terhadap ternaknya pada fase ini, apabila ada sebutkan : ada yaitu diberi premix dan diberi pakan yang banyak
2. Peternak menjual ternaknya pada :
umur : 6-7 bulan;
bobot : 90-100 kg
3. Peternak menjual ternaknya berdasarkan bobot badan, dengan harga per kg bobot badan Rp 32.000, kalau berdasarkan taksiran harga per ekornya Rp 3.200.000 / 100 kg
4. Pada waktu menjual ternak dengan sistem penjualan langsung, apakah pembeli yang datang ke peternak atau peternak yang menawarkan ke pembeli? Pembeli datang ke peternak
5. Apakah sistem jual beli ternak dengan model lain, kalau ada sebut dan berikan penjelasan : tidak ada
H. MANAJEMEN PERKANDANGAN
1. Sistem kandang di lokasi praktikum adalah sistem : tertutup
2. Dilihat dari bangunan kandangnya, apakah kandang babi bersifat : permanen
3. Bahan-bahan bangunan kandang yang digunakan antara lain : batu bata, semen, kayu, genteng, bambu, seng
4. Atap kandang terbuat dari : genteng, bambu, kayu, seng sedikit
Alasan peternak menggunakan bahan bangunan tersebut : efisiensi harga
5. Lantai kandang terbuat dari : semen
6. Ukuran bangunan kandang : panjang 4 m; lebar 2,5 m; tinggi 3 m
7. Kemiringan atap kandang : 26,6 derajat
8. Ukuran tempat pakan / minum : panjang 200 cm; lebar 35 cm; tinggi 20 cm
9. Ukuran gudang penyimpanan pakan, apabila tersedia ukurannya : panjang 25 m; lebar 10 m; tinggi 5 m; luas 250 m2
10. Ukuran kandang karantina, panjang……m; lebar……m; tinggi……m
I. MANAJEMEN PENCEGAHAN PENYAKIT
1. Tindakan pencegahan penyakit apa saja yang telah dilakukan oleh peternak dalam mencegah penyebaran penyakit : disuntik, diberi amoxilin, dupapen
2. Bila membeli ternak dari luar ada tindakan khusus yang diberikan pada ternak yang dibeli : diberi makan yang berkualitas agar sehat dan cepat dipakai
3. Berapa hari ternak yang dibeli tersebut dikarantina : -
4. Dari mana saja peternak membeli tambahan ternaknya : pejantan dibeli dari solo untuk persilangan
5. Sebutkan jenis penyakit apa saja yang paling sering menyerang babi yang dipelihara. Dan bagaimana cara mengatasinya :
a. Penyakit : empis, ngap-ngap
cara mengatasi : diberi obat, rutin
b. Penyakit : mencret
cara mengatasi : diberi obat
c. Penyakit : gatal
cara mengatasi : diberi obat
6. Bagaimana cara mengatasi bila ada ternak yang mati : anakan = ditelantarkan untuk diambil oleh anjing, induk = dibawa pergi
J.
DATA
PENDUKUNG
Pakan
|
K
|
K
|
M
|
Menyusui
|
Bekatul
|
-
|
100
|
450
|
250
|
Jagung
|
-
|
275
|
-
|
100
|
Konsentrat
|
-
|
100
|
50
|
50
|
Mineral
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Bungkil
|
-
|
10
|
12
|
10
|
Susu
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Pakan
Starter
Combo besar
|
Combo kecil
|
Jagung = 225 kg
|
CB = 100 kg
|
Susu = 15 kg
|
B51 = 50 kg
|
Bekatul = 75 kg
|
Susu = 5 kg
|
Mineral = 8 kg
|
|
3.1.2
Praktikum Manajemen Ternak Kambing Potong
A. IDENTITAS PETERNAK
1. Nama peternak : Tarso
Umur : 54 tahun
2. Pendidikan : SD
3. Pekerjaan utama : petani
4. Jumlah anggota keluarga : 4 orang
5. Alamat rumah : Karanggude Kulon RT 06/III Karanglewas
6. Luas pemilikan tanah basah : 12 m2,
tanah kering : 980 m2
7. Sumber pengetahuan beternak : orang tua
8. Pengalaman beternak : 47 tahun
9. Tujuan beternak domba/kambing : pekerjaan sampingan
10. Nama kelompok tani ternak domba/ kambing : -
Menjadi anggota kelompok tersebut pada tahun: -
Jika tidak menjadi anggoa kelompok apa alasannya : -
11. Nama ketua kelompok : -
12. Hambatan dalam beternak dombing : manajemen waktu dan pakan
13. Asal modal usaha : orang tua
14. Jumlah modal awal : 1 ekor betina
15. Anggota keluarga yang terlibat dalam beternak dombing :
2 orang
B.
IDENTITAS
TERNAK
1. Bangsa
kambig yang dipelihara : Jawarandu, tipe potonh
Klasifikasi
ternak
|
Kambing
|
Ekor
|
STK
|
Cempe
jantan
|
2
|
0,25
|
Cempe
betina
|
-
|
-
|
Muda
jantan
|
-
|
-
|
Muda
betina
|
-
|
-
|
Dewasa
jantan
|
6
|
6
|
Dewasa
betina
|
3
|
3
|
Jumlah
|
11
|
9,5
|
C.
TATALAKSANA
PEMILIHAN BIBIT
PEMBIBITAN
1. Cara pengadaan bibit/ calon bibit : membeli bibit di pasar Cilongok
2. Harga bibit jantan : Rp. 2.500.000,- betina: Rp 1.500.000,-
3. Asal bibit : pasar manis, Cilongok
4. Cara memilih/kriteria bibit jantan : sesuai keinginan peternakan
5. Cara memilih bibit betina : sesuai keinginan peternakan
PENGGEMUKAN
1. Umur cempe mulai digemukkan : 7 bulan
Lama penggemukan : tidak tentu
2. Pemeliharaan ternak yang digemukkan tidak dipisahkan dari ternak lain.
D. TATA LAKSANA PERKANDANGAN
1. Jarak kandang dengan rumah peternak : 3 m
2. Model kandang yang dipakai : panggung
3. Bahan-bahan bangunan kandang : bambu, kayu, genteng
4. Model atap kandang : gable roof
5. Bahan atap : genteng
6. Bentuk lantai kandang : datar
7. Jarak lantai kandang dengan tanah : 0,75 m
8. Ukuran kandang : panjang 5 m, lebar 2 m, tinggi 2,5 m. Luas kandang 10 m2.
9. Arah kandang : menghadap ke barat
10. Ukuran tempat pakan : 500 x 50 x 20 cm .
Luas : 25.000 cm2
11. Luas kandang per STK : 1,05 m2 .
kepadatan kandang : cukup padat.
12. Sistem penggunaan kandang : kelompok
Alasannya : efesiensi tempat
Tempat penyimpanan pakan : tidak tersedia, jarak dari kandang : 0,75 m
Biaya pembuatan kandang :
Rp 2.000.000,00
13. Peralatan pendukung kandang : sapu lidi, ember,sabit, golok dan keranjang
E. TATALAKSANA PEMELIHARAAN
1. Ternak tidak digembalakan
2. Ternak tidak pernah dimandikan
3. Cara memotong kuku : -
Frekuensi : -
4. Cara mencukur bulu : tidak dilakukan
5. Cara perawatan induk bunting : dipisah dengan ternak lain
Perawatan saat beranak : ikut membantu proses kelahiran
6. Cara perawatan empe yang baru lahir : menghilangkan bagian kuning yang mengelupas pada ternak
Umur cempe di sapih : 7 bulan
7. Menghilangkan bagian Bentuk recording ternak : tidak ada
8. Cara identifikasi ternak : tidak ada
F. TATALAKSANA PERKAWINAN
1. Cara perkawinan : alami ( pernah IB 1 kali )
Siapa yang melakukan IB : Mantri
Jarak kandang dengan pos IB : 18 km, biaya perkawinan :Rp. 20.000,-
2. Umur pejantan pemacek : 1,5 bulan, milik : Pribadi
3. Umur pertama kali kawin, betina : 5 bulan, jantan 7 bulan. Lama bunting 5 bulan, perkawinan berikutnya 5 bulan.
Kidding interval : 12 bulan.
4. Tanda kambing berahi menurut peternak : gembar-gembor (gelisah), vulva keluar lendir, mendekati pejantan
5. Cara pemeriksaan kebuntingan : diam, sudah tidak birahi
Kapan dilakukan : setelah kawin
6. Tanda kambing akan melahirkan : gelisah, ambing membengkak, vulva keluar lendir
7. Cara membantu perkawinan : mengeluarkan anak, dibersihkan lendirnya
8. Littersize: 1-2 ekor, cempe hidup 1 ekor (50%) dan yang mati 1 ekor (50%).
9. Umur cempe disapih : 7 bulan
10. Cara mengatasi induk yang sulit beranak : memaggil mantri
G. TATALAKSANA PEMBERIAN PAKAN
1. Jenis hijauan : legume, rambanan, rumput (macamnya : daun singkong, singkong, rumput)
2. Jumlahhijauan yang diberikan : 5 kg
Frekuensi pemberian : 3 kali sehari, asal hijauan : Desa Karanggude dan Desa Tambak Sogra, cara pemberian pakan: di layukan
3. Bahan konsentrat yang diberikan : singkong, jumlah ppemberian per ekor 10 kg/hari, harga konsentrat Rp. 1000 – Rp. 1.500 /kg , cara pemberian di cacah
4. Vitamin yang diberikan: penambah napsu makan , jumlah pemberian 1 ml.
H. TATALAKSANA PENANGANAN KESEHATAN
PENCEGAHAN PENYAKIT
1. Tindakan pencegahan : dengan pemberian pakan
2. Tidak dilakukan vaksinasi
3. Tindakan sanitasi kandang dan lingkunagn sekitar: kandang dibersihkan 3 kali sehari, membersihkan kotoran pada bagian bawah
PEMBERANTASAN PENYAKIT
1. Jenis penyakit yang sering dijumpai : masuk angin
2. Penyakit yang menyebabkan kematian : polio
3. Perlakuan terhadap ternak sakit : memanggil mantri, diobati
4. Cara pengobatan penyakit :tradisional (menggunakan kelapa muda)
I. PRODUK DAN PEMASARAN
1. Penjualan ternak : sesuai kebutuhan
2. Kapan ternak dijual : sesuai kebutuhan
3. Alasan ternak dijual : untuk mencukupi kebutuhan dan ternak sakit
4. Dasar penentuan harga: menentukan sendiri tergantung kualitas ternak
5. Pupuk tidak dijual
3.1.3 Praktikum Manajemen Ternak Sapi Potong
A. IDENTITAS PETERNAK
a. Nama Peternak : Bapak Karsim Umur 59 tahun
b. Pendidikan : SD
c. Anggota Keluarga : 5 orang
d. Alamat Rumah : RT 03 RW 4, Karangnangka
e. Pengalaman beternak : 21 tahun
f. Tujuan Beternak sapi : ekonomi keluarga
g. Sistem pemeliharaan : program SMD
h. Modal awal : satu ekor sapi
i. Pencurahan jam kerja peternak dalm memelihara sapinya:
No
|
Deskripsi
|
Jumlah (ekor)
|
PJK
|
Jml tenaga kerja
|
1
|
Mengarit/cari hijauan
|
|
|
|
2
|
Menggembalakan
|
|
|
|
3
|
Memberi pakan
|
|
1,5 jam
|
25
|
4
|
Memandikan sapi
|
|
0,5 jam
|
|
5
|
Membersihkan kandang
|
|
¼ jam
|
|
6
|
Mengobati
|
|
|
1
|
7
|
Mengawinkan ternaknya
|
|
|
1
|
8
|
Menjaga keamanan
|
|
5
|
3-5
|
B. DATA SEKUNDER
a. Luas desa :
b. Jumlah ternak :
c. Kelompok peternak :1
d. Tahun dibentuk : 1994
e. Jumlah anggota : 25 orang
f. Struktur organisasi : Ketua, Sekretaris dan Bendahara
C.
IDENTITAS PETERNAK
a. Bangsa sapi yang dipelihara : Peranakan Ongole
b. Jumlah sapi yang dipelihara : 35 ekor
No
|
Kelas ternak
|
Jumlah (ekor)
|
Satuan Ternak
(ST)
|
1
|
Dewasa betina
|
5
|
5
|
2
|
Pedet jantan
|
1
|
0,25
|
|
jumlah
|
6
|
5,25
|
D. MANAJEMEN PENGADAAN BIBIT
a. Asal bibit sapi, dibeli dari : balai ternak
b. Harga beli bibit : -
c. Tujuan pemeliharaan : produksi anak
E. MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN
a. Jenis hijauan yang diberikan : jerami, rumput
b. Asal hijauan : sawah
c. Pemberian hijauan : 40 kg/hari/ekor
d. Frekuensi pemberian hijauan : 3 kali/hari
e. Cara penyajian hijauan : as Fed
f. Bahan konsentrat adalah : -
g. Tempat pakan : didalam kandang
h. Asal sumber air minum : air sungai
i. Jumlah air minum : 10-15 liter/ekor
j. Frekuensi pemberian minum : 1 kali/hari
F. MANAJEMEN PERKAWINAN
a. Metode perkawinan : inseminasi buatan
b. Biaya perkawinan : Rp. 50.000,00 sampai bunting
c. Pejantan yang digunakan : dari dinas
d. Jika IB semen beku dari bangsa : sapi ongole, simental
e. Asal semen beku : dinas
f. Umur pertama kawin, betina : 1,5 tahun
g. Tanda-tanda berahi : vulvanya anget, abuh, anyir, abang
h. Tanda-tanda betina akan melahirkan : ambing bengkak, nafsu makanturun
i. Kelahiran sering terjadi pada : sore hari
j. Proses kelahiran : sendir
k. Umur sapih : 6 bulan
l. Cara penyapihan : dipisah dari induk
G. MANAJEMEN PERKANDANGAN
a. Bahan-bahan kandang : semen, bambu, kayu
b. Jenis lantai kandang : semen dan tanah
c. Jumlah kandang : 4 unit
d. Ukuran kandang, panjang : 4,2m lebar 3,45m luas 15,75 m2
e. Kepadatan kandang : 0,25 ekor/meter2
f. Sistem penggunaan kandang : kelompok
g. Jarak dengan pemukiman rakyat : 10 meter
h. Biaya pembuatan kandang : Rp. 250.000.000,00
i. Kemiringan lantai kandang : 4,48 derajat
j. Kemiringan atap kandang : 31.38 derajat
k. Ukuran tempat pakan, panjang : 25m lebar 0,7m dalam 0,7m
l. Tempat penyimpanan pakan : tidak
m. Tempat penampung kotoran : tersedia, jarak dari kandang 10 m
n. Macam peralatan kandang : sekop, ember
H. MANAJEMEN PEMELIHARAAN
a. Status kepemilikan ternak : milik sendiri
b. Apakah sapi dimandikan : ya, dimandikan 3 hari sekali
c. Pengeluhan hidung : ya pada umur 18 bulan
d. Bahan untuk mengeluh hidung : tali
e. Perawatan anak yang baru lahir : diberi air leri
f. Pemeliharaan jantan dan betina : dipisah
g. Jenis usaha : tradisional
h. Sifat usaha : kelompok
i. Tipe usaha : pokok
j. Ijin usaha : ada
I. MANAJEMEN PENANGANAN KESEHATAN
a. Vaksinasi : tidak dilakukan
b. Kebersihan kandang : tiap hari
c. Sanitasi lingkungan kandang : dilakukan
d. Penyakit yang sering ditemui : hidung basah
e. Cara pengobatannya : disuntik mantri
f. Pengobatan secara medis adalah : mentri hewan
g. Biaya pengobatan : Rp. 40.000,00 sekali pengobatan/unit
J. MANAJEMEN PEMASARAN SAPI DAN PUPUK KANDANG
a. Bentuk penjualan ternak : sesuai kebutuhan
b. Kapan waktu dijual : sesuai kebutuhan
c. Hasil penjualan : untuk sendiri
d. Alasan ternak dijual : ada kebutuhan
e. Tempat penjualan : pembeli datang ke peternak
f. Cara penjualan : sendiri
Penjualan pupuk kandang : ya, harga Rp. 50.000,00/koL
3.2 Pembahasan
3.2.1 Praktikum Manajemen Ternak Babi
A. Identitas Peternak
Praktikum manajemen ternak potong dilaksanakan di peternakan babi milik Bapak Aris Gunadi yang beralamat di desa Kalikidang, Sokaraja. Lokasi peternakan babi milik Pak Gunadi tidak cukup jauh dari pemukiman penduduk, dan dekat dengan persawahan. Peternakan babi tersebut termasuk dalam usaha pembibitan, penggemukandankombinasi. Babi yang dipelihara yaitu bangsa babi landrace. Populasi babi yang dipelihara di peternakan babi yang dikunjungi yaitu berjumlah 375 ekor. Babi yang dipelihara terdiri atas babi boar (pejantan), babi bunting, babi beranak/menyusui, babi starter, grower, finisher dan babi induk kering sedang mortalitas babi yaitu pada periode setelah dilahirkan, yang dipengaruhi oleh suhu udara dan karena tertindih induk. Babi adalah ternak yang potensial untuk dikembangkan karena mampu menghasilkan anak dalam jumlah banyak pada setiap kali beranak, sehingga jumlah anak sapihan maupun babi potong dapat dijual lebih banyak dibandingkan ternak mamalia lainnya. Oleh karena itu, untuk menghasilkan jumlah anak per induk per kelahiran (litter size) yang tinggi sampai disapih, perlu perhatian mengenai waktu pengawinan yang tepat (alami maupun IB), usaha menurunkan mortalitas, memperhatikan umur penyapihan, waktu sapih kebunting kembali, dan paritas induk (Linda, 2010). Babi memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang menguntungkan diantaranya adalah siklus reproduksinya yang relatif pendek, banyak anak dalam satu kelahiran, tingkat pertumbuhan cepat, efisien dalam penggunaan ransum, dan dapat memanfaatkan sisa makanan yang tidak lagi digunakan oleh manusia (Sihombing, 2006). Peternakan babi membutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik untuk menghasilkan hasil yang baik pula. Manajemen yang diterapkan di peternakan babi milik Pak Gunadi terdiri dari manajemen pemilihan bibit, pemberian pakan, perkawinan, pemeliharaan serta perkandangan.
B. Manajemen Pemilihan Bibit Ternak Babi
Bibit/bakalan yang dipelihara di peternakan babi Pak Gunadi awal mulanya didatangkan dari Australia kemudian untuk sekarang dari Solo. Pejantan yang dibeli umur 5 bulan sedangkan betinanya berasal dari keturunan sendiri. Untuk yang digunakan sebagai bakalan atau penggemukan umur 6-7 bulan. Bibit yang dipilih yaitu bibit yang mempunyai penampilan bagus, badan panjang, puting banyak dan simetris. Peternak melakukan seleksi ketat terhadap bibit yang akan dipakai yang dilihat dari kondisi tubuhnya, kaki, ketahanan tubuh. Untuk seleksi induk, dipilih puting yang paling banyak sedangkan untuk pejantan, sehat, kaki kuat dan testisnya baik dan mampu membuahi betina. Bibit yang dikembangbiakkan untuk betina yaitu umur 11 bulan-1 tahun. Pejantan umur 1-1,5 tahun. Bakalan (digemukkan) untuk starter umur 1,5-2 bulan dan grower umur 2,5-4 bulan.
C. Manajemen Pemberian Pakan
Pakan sangat mempengaruhi produksi maupun reproduksi suatu ternak. Susunan ransum yang di berikan pada setiap periode pertumbuhan babi grower, starter, finisher, menyusui akan berbeda. Menurut Parakkasi (1983) ransum adalah makanan yang diberikan pada ternak tertentu selama 24 jam, pemberiannya dapat dilakukan sekali atau beberapa kali selama waktu tersebut. Ransum sempurna adalah kombinasi beberapa bahan makanan yang bila dikonsumsi secara normal dapat mensuplai zat-zat makanan kepada ternak dalam perbandingan jumlah, bentuk, sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi fisiologis dalam tubuh berjalan dengan normal. Bahan pakan yang digunakan yaitu tepung jagung pipil, konsentrat, poor, dedak dan premix. Susunan ransum pada babi starter di peternakan babi di Sokaraja yaitu diberikan dedak 20g, tepung jagung 18g, konsentrat 12g, premix 10g dan untuk poor sebanyak 10g untuk setiap ekor/harinya. Untuk babi grower 100gram campuran pakan setiap ekor per harinya, sedangkan untuk babi finisher 500g per ekor per harinya. Biaya pakan dari bahan-bahan tersebut juga diperhitungkan sesuai dengan harga masing-masing jenis bahan pakan yang termasuk dalam manajemen pemberian pakan. Jumlah pakan yang diberikan juga diperhitungkan dan diberikan berdasarkan klasifikasi babi. Pakan babi diberikan pada tempat pakan babi yang disediakan dan pakan dalam bentuk kering. Alasan diberikan dalam bentuk kering karena dalam bentuk kering tidak cepat basi dan apabila tersisa bisa dikumpulkan dan diberikan lagi Bentuk pakan yang diberikan juga menentukan konsumsi pakan babi. Konsumsi merupakan faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup pokok dan produksi. Tingkat konsumsi adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan ad libitum. (Parakkasi, 1983). Pakan yang diberikan permasa pertumbuhan babi berbeda-beda. Babi boar diberikan 3 kg, induk bunting 4 kg, induk beranak/menyusui 5 kg, babi starter 50g, babi grower 100g, babi finisher 500g dan induk kering diberikan 4 kg. Manajemen pemberian pakan dalam suatu peternakan harus benar dan sesuai agar menghasilkan babi yang bagus dan berkualitas.
D. Manajemen Perkawinan
Manajemen perkawinan sangat menentukan anak yang dihasilkan. Sistem perkawinan yang diterapkan di farm babi di Sokaraja yaitu perkawinannya dilakukan secara alami tidak dilakukan secara buatan. Pengawinan Teknik IB menurut Linda (2010) biasanya digunakan pada peternakan modern, dengan tujuan untuk efisiensi penggunaan pejantan sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Sementara internal waktu dari penyapihan ke bunting kembali berpengaruh terhadap frekuensi beranak per induk per tahun. Frekuensi menjadi lebih rendah apabila interval dari penyapihan ke bunting terlalu lama maupun cepat. Babi jantan dikawinkan pada umur 14 bulan, babi betina dikawinkan pada umur 11 bulan-12 bulan. Menurut Foote (1980), pengawinan harus disesuaikan dengan waktu ovulasi. Saat pengawinan yang paling baik adalah pada akhir pertama atau pada permulaan hari kedua berahi, karena ovulasi terjadi kira-kira 30-36 jam dari permulaan berahi. Berdasarkan keterangan petugas, babi dikawinkan umur sekian dengan alasan apabila tubuh babi jantan maupun betina telah mampu dan sudah siap dikawinkan. Babi betina dikawinkan pada saat birahi ketiga. Alasannya yaitu pada birahi ketiga babi telah siap kawin. Setelah anak disapih, babi induk dikawinkan pada umur 1 minggu setelah sapih.
Proses perkawinan babi yaitu dengan cara babi jantan dibiarkan kumpul dengan babi betina selama satu hari, hal ini dilakukan dengan harapan selama rentangan waktu 24 jam babi jantan telah mengawini babi betina. Babi betina yang siap kawin (berahi) mempunyai tanda-tanda yang tidak biasanya yaitu abang (vulva terlihat memerah), abuh (vulva membengkak), anget (vulva hangat bila dipegang), babi gelisah, nafsu makannya turun dan sering menaiki pejantan. Setelah babi mengalami berahi babi dikawinkan pada pagi hari, namun tidak ada perlakuan khusus karena perkawinan secara alami. Paritas (frekuensi ternak dalam melahirkan anak) adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi litter size.
Apabila perkawinan berhasil, induk akan bunting dan perlakuantambahan yang diberikanpadaindukantara lain padapemberianpakanyang perludiperhatikan, dandimandikan agar selalubersih. Induk buntingdipeliharadalamkandang individual. Setelahfase bunting berakhiryaituselama 111 hari, babiakanmelahirkan. Tanda-tandainduk yang akanmelahirkanmempunyaiciri-cirigelisahyaitugaruk-garuklantai, keluar lendir, ambing dan puying turun, apabila dipencet akan keluar air susu. Kelahiran babi periode pertama biasanya 7-8 ekor anak. Babi indukatau menyusui pada kelahiran ke tiga, litter sizenya 11 ekor, anak jantan biasanya 4 ekor dan betina 4 ekor, dengan presentase mortalitas 0 %.Berat lahir antar 0,8-1 kg sedang berat saat di sapih adalah 10-11 kg.Dalam siklus hidupnya dalam farm babi, sering terjadi orphan pig (anak babi kehilangan indukyang disebabkan karena induk babi mati/ induk tidak mau menyusui anaknya).kasus induk babi yang tidak mau menyusui anaknya berati sifat keibuannya (mothering ability) jelek. Maka dari itu anak akan dititipkan ke induk lain agar disusui. Anak yang mati biasanya tertindih oleh induknya, liter sizenya rata-rata 9 buah, mati saat lahir, mati dimakan induk, mencret, kedinginan, mati sesak nafas dan anemia.
E. Manajemen Pemeliharaan Fase Strater
Manajemen pemeliharaan babi fase starter di farm babi Sokaraja yaitu dengan perlakuan-perlakuan sebagai berikut : 1. Memotong yang dilakukan setelah 1 hari lahir; 2. Pencegahan anemia yang dilakukan 2 hari setelah lahir; 3. Melakukan pemotongan taring dan pemotongan ekor yang dilakukan pada umur 1 hari setelah dilahirkan. Pemotongan taring dilakukan dengan tujuan agar menghindari sifat kanibalisme; 4. Melakukan kastrasi/vasektomi yaitu pada umur 25 hari; 5. Melakukan vaksinasi pada umur 1 hari. Vaksin yang diberikan biasanya adalah vaksin kolera.
F. Manajemen Pemeliharaan Fase Grower
Babi grower merupakan babi pada fase pertumbuhan yang telah melewati masa starter. Menurut Sihombing (2006) bobot babi periode growerantara 20-50 kg. Pertambahan bobot badan babi periodegrowersangat cepat. Kebutuhan zat makanan babi periode grower yaitu energi metabolis 3265 kkal, protein kasar 18% dan rataan konsumsi ransum 1855 g/e/h (Lubis, 1952).Anak babi disapih pada umur 1 bulan, berdasar keterangan petugashal ini dilakukan agar induk dapat segera dikawinkan lagi. Penyapihandilakukan dengan memisahkan induk dengan anaknnya dengan carainduknya yang dipisahkan dari anaknya karena lebih cepat dan lebihmudah. Pada fase grower, ternak babi dikelompokkan berdasarkanumur/jenis kelamin agar mempermudah rekording.Ketika memasuki fase grower babi dipindahkan berdasakan umur dengan alasan babi dapat tumbuh berseragam dan bersamaan. Perlakuan yang diberikan pada babi fase grower adalah pakan, dimana persentasinya berbeda dengan pada saat starter.
G. Manajemen Pemeliharaan FaseFinisher/Penggemukan
Babi periodefinisher dicirikan dengan berat hidup 90-100 kg. Babi yang sudah mencapai bobot 100 kg sudah dapat dipotong Menurut Nugroho (1990), kebutuhan zat makanan babi periode finisher dengan bobot badan 50-80 kg adalah energi metabolis 3265 kkal, protein kasar 15,5%, dan konsumsi ransum 2575 g/e/h. Perlakuan babi finisher di farm yang diperhatikan adalah kandang, pakan, dan perawatan yaitu babi dimandikan. Peternak menjual ternak pada umur 6 bulan dengan bobot rata-rata 91 kg. Peternak menjual ternaknya berdasarkan bobot badan babi dengan harga per kilogram bobot badan32.000 rupiah. Berdasarkan taksiran harga per ekornya maka 1 ekor babi dihargai sebesar 3.200.000 rupiah setiap 100 kg. Sistem penjualan babi dilakukan secara langsung yaitu pembeli datang langsung ke peternakan babi. Serta tidak ada sistem jual beli dengan model yang lainnya lagi.
H. Manajemen Perkandangan
Sistem kandang babi di lokasi praktikum ternak babi yaitu dengan sistem tertutup. Apabila dilihat dari bangunan kandangnya, kandang babibersifat permanen karena bahan-bahan bangunan kandang yangdigunakan antara lain semen, besi, seng, genteng, digunakan bahanbagunan tersebut dengan alasan lebih kuat dan tidak mudah rusak selain itu bahan bangunan juga akan lebih efisien. Lantaikandang juga terbuat dari semen. Ukuran bangunan kandang panjangnya 4 m, lebar 2,5 m, tinggi 3 m, kemiringan atap kandang 5 derajat setiap satu kotak kandang. Denganukuran tempat pakan/minum panjangnya 200 cm, lebar 35 cm dan tinggi 20 cm. Pakan disimpan dalam gudang penyimpanan pakan. Ukuran gudang penyimpanan pakan panjangnya 25 m, lebar 10 m, tinggi 5 m dan luasnya 250 m2.
I. Manajemen Pencegahan Penyakit
Tindakan Pencegahan penyakit yang dilakukan oleh farm babi yang dikunjungi dalam mencegah penyebaran penyakit antara lain penyemprotan desinfektan, obat, amoxillin,dan dilakukan vaksinasi. Apabila membeli ternak dari luar, tindakan khusus yang diberikan pada ternak yang dibeli yaitu vaksin ulang atau terkadang dikarantina dengan pemberian pakan yang bagus. Menurut Ardana (2008) penyakit yang biasa menyerang babi yaitu Hog Cholera merupakan penyakit yang sangat menular pada babi yang berlangsung secara akut, subakut, kronis atau subklinis yang ditandai oleh perdarahan-perdarahan pada berbagai organ tubuh. Hog Cholera pada babi disebabkan oleh Virus Classical Swine Fever (CSF) atau Hog Cholera yang termasuk dalam genus Pestivirus famili Flaviviridae.
Penyakit yang sering menyerang peternakan babi Sokaraja yaitu penyakit pernafasan yang diatasi dengan suntikan obat, selain itu juga terdapat penyakit kolera yang sering menyerang yang cara mengatasinya dijual atau dipotong. Apabila ada ternak yang mati cara mengatasinya yaitu dengan cara langsung dikubur agar tidak menular pada ternak babi lain. Manajemen pencegahan penyakit sangat penting dalam peternakan babi karena menentukan kesehatan babi yang juga menentukan populasi babi dalam suatu farm. Selain itu babi juga sering terkena penyakit sesak nafas, mencret, gatal-gatal.
3.2.2 Praktikum Manajemen Ternak Kambing Potong
A. Identitas Peternak Dan Kambing
Peternakan yang kelompok kami kunjungi adalah milik Bapak Tarso yang berada di Desa karanggude Rt 06/ Rw 03 kecamatan Karanglewas. Beliau berternak kambing sebagai usaha sambilan dengan modal awal 1 ekor kambing betina. Jenis kambing yang di pelihara adalah Jawarandu. Kambing Jawarandu merupakan hasil silangan dari kambing peranakan ettawa dengan kambing kacang, sifat fisik kacang lebih dominan. Baik jantan atupun betina merupakan tipe pedaging. Kambing ini memliki ciri separuh mirip kambing Etawa dan separuh lagi mirip kambing Kacang. Ciri-ciri kambing Jawarandu memiliki tubuh lebih kecil dari kambing ettawa, dengan bobot kambing jantan dewasa dapat lebih dari 40 Kg, sedangkan betina dapat mencapai bobot 40 Kg. Baik jantan maupun betina bertanduk. Memiliki telinga lebar terbuka, panjang dan terkulai ( Prabowo, 2010).
B. Tatalaksana Pemilihan Bibit Dan Penggemukan
Bibit yang di gunakan pada peternakan Bapak Tarso berasal dari membeli di pasar cilongok. Cara memilih kriteria bibi pejantan dan betina dilakukan sesuai dengan keinginan. Menurut Pemilihan bibit ternak kambing dan domba menurut Prabowo (2010), untuk memilih bibit ternak jantan harus memenui kriteria sebagai berikut, yaitu kondisi tubuh sehat, tubuh besar (sesuai umur), bulu bersih dan mengkilap, badan panjang, kaki lurus, tidak cacat, tumit tinggi, penampilan gagah, aktif dan nafsu kawin tinggi, mudah ereksi, buah zakar normal (2 buah, sama besar dan kenyal). Sedangkan untuk indukannya memiliki kondisi tubuh sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat, bulu bersih dan mengkilap, alat kelamin normal, mempunyai sifat keibuan (mengasuh anak dengan baik), ambing (buah susu) normal (halus kenyal tidak terinfeksi atau terjadi pembengkakan).
Penggemukan merupakan suatu cara untuk mendapatkan bobot badan yang optimal dengan tujuan untuk meningkatkan harga jual. Penggemukan yang dilakukan peternak yang kami kunjungi menggunakan cempe usia 7 bulan dengan lama penggemukan sesuai dengan keinginan peternak.
C. Tatalaksana Perkandangan
Kandang pada peternakan yang kami kunjungi berbentuk panggung dengan atap genteng dengan tipe atap gable roof, dinding semi terbuka yang tebuat dari bamboo, lantai terbuat dari kayu, luas kandang 10 m2, luas area kandang per STK 1,05 m2, tempat pakan tersedia dengan ukuran panjang 500 cm x 50 cm x 20 cm. Alasan peternak menggunakan kandang sistem kelompok untuk efisiensi tempat sehingga tidak ada pemisahan jantan dan betina. Menurut Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2013), persyaratan perkandangan yang baik diantaranya kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesuai dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi,ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap rumbia. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peternakan kambing yang kami kunjungi sudah sesuai dengan kriteria yang dimaksud. Model kandang panggung memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari kandang panggung adalah kandang menjadi lebih bersih karena kotoran jatuh ke bawah, kebersihan ternak lebih terjamin, lantai kandang selalu kering, serta kuman, parasit, dan jamur dapat ditekan. Beberapa kelemahannya antara lain biaya relatif mahal, resiko terperosok/jatuh, dan kandang memikul beban ternak lebih berat (Rismayanti, 2010).
D. TATALAKSANA PEMELIHARAAN
Tatalaksana pemeliharaan pada peternakan yang kami kunjungi hanya melakukan perawatan pada induk yang bunting dan cempe yang baru lahir. Perawatan induk yang bunting dipisahkan dengan ternak yang lain sedangkan perawatan cempe yang baru lahir dengan membersihkan bagian kuning yang mengelupas pada teracak. Menurut Rismayanti (2010) menyatakan agar kelahiran berlangsung lancar dan selamat, diperlukan beberapa persiapan, yaitu pembersihan kandang, lantai diberi alas atau tilam dari bahanbahan yang empuk seperti jerami kering atau serbuk gergaji, dan penyediaan iodium tincture (obat merah) atau betadine untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar.
E. Penanganan ternak pada saat kelahiran, yaitu apabila ternak kesulitan melahirkan dan dibantu penarikan anak saat kontraksi apabila diperlukan. Penanganan ternak sesudah kelahiran, yaitu hidung atau saluran pernapasan dilap menggunakan kain hangat bila induk tidak mau menjilati anaknya, pemotongan tali pusar, penyelupan bekas potong tali pusar pada antibiotic untuk mencegah infeksi, kemudian ditunggu sampai terjadi bonding antara induk dan anak. Apabila placenta tidak keluar, dibantu dengan penyuntikan hormor oxytocin untuk membantu kontraksi otot uterus. Pemeliharaan yang baik meliputi exercise pada ternak agar ada aktivitas, ternak dimandikan untuk menjaga kebersihan badan, pemotongan kuku dan pencukuran bulu. Tetapi hal tersebut tidak dilakukan oleh peternak yang kami kunjungi.
F. TATALAKSANA PERKAWINAN
Tatalaksana perkawinan pada peternakan yang kami kunjungi menggunakan perkawinan. pejantan yang digunakan sebagai pemacek merupakan milik pribadi dengan umur 1,5 tahun sedangkan umur pertama kali kawin untuk betina 5 bulan dan jantan 7 bulan dengan kidding interval 12 bulan. Menurut Harris (2005) bahwa kambing betina mencapai pubertas pada umur 6-8 bulan dan biasanya dikawinkan pada umur 7-10 bulan. Pada awal dikawinkan bobot badannya harus mencapai (60% dari berat badan dewasa). Pemeriksaan kebuntingan dilakukan setelah kawin dengan melihat tanda-tanda ternak diam dan sudah tidak birahi. Hal ini sesuai dengan pendapat Wijoseno et.al.(2009), ciri kambing mulai bunting yaitu kambing lebih tenang, jinak dan tidak gelisah.
G. TATALAKSANA PEMBERIAN PAKAN
Pakan yang diberikan pada ternak kambing pada peternakan tersebut yaitu legume, ramban, rumput, rendeng, daun singkong, rumput dan singkong. Pemberian pakan hijauan dengan cara dilayukan sedangkan konsentrat dicacah. Pakan kambing secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu pakan hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan dapat berupa rumput alam, rumput yang dibudidayakan dan daun kacang-kacangan, sedangkan pakan konsentrat dapat berupa dedak padi. Pakan hijauan diberikan 10% dari berat badan Pakan konsentrat: 0,5 kg. Widi et. al. (2008), bahwa kebutuhan kambing dan domba akan bahan pakan tergantung dari kondisi fisiologisnya, kebutuhan akan bahan kering (BK) adalah 3% dari berat badan.
H. TATALAKSANA PENANGANAN KESEHATAN
Tindakan pencegahan penyakit dilakukan dengan tindakan sanitasi kandang, pembersihan kandang 3 hari sekali, dan mengumpulkan kotoran. Penyakit yang pernah menyerang ternak adalah masuk angin. Pengobatan yang dilakukan dengan cara tradisional yaitu memberkan kelapa muda. Menurut Sugeng (2000) menyatakan bahwa kesehatan ternak bisa dicapai dengan tindakan hygine, sanitasi lingkungan, vaksinasi, pemberian pakan dan teknis yang tepat. Berdasarkan pendapat tersebut peternakan yang kami kunjungi tatalaksana penanganan kesehatannya belum optimal.
3.2.3 Praktikum Manajemen Ternak Sapi Potong
A. Manajemen Pengadaan Bibit
Suatu usaha peternakan haruslah memulai usahanya dengan bibit ternak yang mempunyai performans yang baik, baik performans produksi maupun reproduksi. Berdasarkan hasil wawancara dalam praktikum, peternakan sapi dikarang nangka memperoleh bibit dari pasar. Bibit yang telah diperoleh kemudian dikembangkan untuk penggemukan. Peternak tidak memiih sendiri, tetapi bibit merupakan bantuan dari dinas. Peternak tidak melakukan pemilihan bibit sendiri karena bibit sudah disuplay oleh dinas setempat.
B. Manajemen Pemberian Pakan
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman bijibijian/ jenis kacang-kacangan.Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi.
Jenis pakan yang diberikan pada sapi potong yang dipelihara di peternakan sapi desa karang nangka adalah hijauan yaitu jerami dan rumput. Hijauan tersebut berasal dari sawah dan diberikan sebanyak tiga kali sehari. Hijauan merupakan pakan utama bagi sapi. Menurut pendapat Abdullah (2008) Jerami padi merupakan bahan pakan herbivora yang tergolong bahan pakan yang berkualitas rendah antara lain Karena dinding selnya tersusun oleh sellulosa, hemiselulosa, lignin dan silica. Dalam pemanfaatan jerami padi dibutuhkan suplementasi bahan yang berkualitas kemudian diolah agar nilai gizinya dapat ditingkatkan serta dapat meningkatkan bobot badan hewan ternak. Konsentrat tidak diberikan dalam pemeliharaan sapi potong di peternakan tersebut. Padahal menurut literatur konsentrat dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif mencukupi kebutuhan dengan mempergunakan zat-zat makanan dalam jaringan tubuhnya. Kebutuhan untuk pertumbuhan merupakan kebutuhan pakan yang diperlukan ternak sapi untuk memproduksi jaringan tubuh dan menambah bobot badan (Dwiyanto, 2003). Selain diberi pakan, sapi juga diberi minum sebanyak 10-15 liter/ekor.
C. Manajemen Perkawinan
Metode perkawinan yang digunakan pada Peternakan yang kami kunjungi di desa karang nangka adalah dengan metode Inseminasi Buatan (IB). Inseminasi Buatan adalah penyampaian atau pemasukan semen ke dalam saluran kelamin betina dengan dengan alat buatan manusia. Adapun tahapan IB adalah penampungan semen, pemeriksaan kualitas, pengenceran, pembuatan semen beku, pelaksanaan inseminasi, rekording dan penilaian hasil inseminasi (Ihsan, 1997). Inseminasi Buatan mempunyai beberapa keunggulan yaitu meningkatkan kualitas genetik, efektifitas biaya perawatan pejantan, kontrol penyakit menular, aman, fleksibel dan memugkinkan menyusun catatan atau rekording dalam manajemen pemeliharaan (Hafez, 1993; Peters and Ball, 1995; Ihsan, 1997). Kerugian akibat IB muncul apabila inseminator kurang terampil dalam pelaksanaan IB, akan terjadi inbreeding, apabila tidak dilakukan pergantian pejantan yang digunakan (Toelihere, 1993). Sekali IB peternak harus mengeluarkan uang sebesar Rp 50.000,00 sampai bunting. Asal semen beku berasal dari dinas dan biasanya semen beku yang digunakan adalah dari bangsa Simental atau PO.
Beberapa hari menjelang melahirkan, induk yang bunting akan menunjukkan tanda-tanda ambing membesar dan kencang, urat daging di sekitar vulva mengendor dan di kanan-kiri pangkal ekor kelihatan legok, beberapa saat menjelang melahirkan, sapi gelisah. Pedet yang dilahirkan disapih setelah umur 6 bulan. Calving interval menjadi semakin panjang. Umumnya sapi dispih pada umur 4 bulan. Cara penyapihan yang digunakan adalah dengan memisahkan pedet dari induknya. Calving interval akan mempengaruhi efisiensi biaya dalam usaha peternakan.
D. Manajemen Perkandangan
Pembuatan kandang harus sesuai dengan kebutuhan dan kegiatan dalam pemeliharaan sapi potong antara lain yaitu kandang penggemukan, kandang isolasi ternak sakit, gudang pakan dan peralatan, unit penampungan dan pengolahan lahan. Konstruksi kandang harus kuat dan nyaman serta memiliki daya tampung dan pertukaran udara harus terjamin, lantai kandang harus kuat dan tidak licin, untuk bangunan gudang pakan harus terjamin kebersihan dan kehygienisan gudang agar pakan tetap sehat dan hygienis. Kandang pada kelompok ternak sawediambo desa karang nangka terbuat dari bambu, kayu dan semen. Tata letak kandang dan bangunan lain harus diperhatikan. Peternakan harus mempunyai satu pintu keluar masuk yang dilengkapi kolam desinfektan. Hal tersebut berbeda dengan peternakan yang kami kunjungi karena skala nya masih kecil. Letak kandang dan bangunan lain harus diperhatikan guna mempermudah dalam pengerjaan dan kegiatan sehari-hari. Letak kandang isolasi harus di belakang dan agak jauh dari bangunan lainnya. Jarak antar bangunan yang bukan kandang minimal 25 meter. Bangunan untuk pekerja (tempa tinggal) serta hal-hal pekerjaan yang berhubungan dengan administratif harus terpisah dari kandang. Jarak antara kandang dan pemukiman adalah 10 m. Menurut AAK (2010) yang menyatakan bahwa konstruksi kandang yang dibangun dengan perencanaan dan teknis yang benar akan menjamin kenyamanan hidup ternak, sebab bangunan kandang erat kaitannya dengan kekuatan kandang.
E. Manajemen pemeliharaan
Pemeliharaan ternak dilakukan secara berkelompok. Sapi yang dipelihara merupakan sapi milik pribadi yang dikelola bersama dalam satu tempat. Sapi dalam farm tersebut memiliki pemilik yang berbeda-beda. Bagian dari pemeliharaan sapi yang penting adlah memandikan sapi tersebut. Sapi pada peternakan sawedyambo karang nangka di mandikan tiga kali sehari.
Kelompok ternak sawed diyambo melakukan pengeluhan hidung pada sapi umur 18 bulan, pengeluhan pada sapi bertujuan untuk dapat mengendalikan ternak dalam penanganan. Pengeluhan sapi di kelompok ternak tersebut tergolong terlalu tua karena menurut Permentan(2014) pengeluhan (ring nose) dilakukan pada sapi umur 205 hari. Pemeliharaan sapi jantan dan betina dilakukan dengan cara dipisah, hal ini sesuai dengan Permentan(2014) bahwa sapi ditempatkan dalam kandang berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan rumpun. Jenis usaha masih tradisional dan bersifat kelompok sedangkan tipe usahanya merupakan usah pokok bagi peternaknya.
F. Manajemen Penanganan Kesehatan
Berdasarkan hasil dari wawancara, kelompok ternak sawed diyambo tidak melakukan pencegahan penyakit secara keseluruhan, pencegahan penyakit dilakukan hanya dengan membersihkan kandang secara teratur yaitu setiap hari. Pencegahan penyakit sebenarnya merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh setiap peternakan. Penyakit merupakan ancaman yang perlu diwaspadai oleh setiap peternak walaupun penyakit tidak secara langsung mematikan ternak namun dapat menimbulkan masalah kesehatan berkepanjanganapabila tidak segera ditangani. Penyakit juga dapat menghambat pertumbuhan ternak dan mengurangi produktivitas ternak. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara pembersihan kandang yang teratur, pemberian pakan yang baik, vaksinasi dan obat-obatan.penyakit yang sering ditemui pada sapi merekan adalah hidung dari sapi tersebut basah.hidung basah pada sapi merupakan salah satu gejala klinis dari penyakit demam, pencegahan yang dilakukan adalah dengan pemberian pakan bergizi sedangkan pengobatannya dengan memberikan antibiotik berupa teroxyvet dengan dosis 5-10cc. Demam merupakan penyakit yang disebabkan adanya pengaruh perubahan suhu seperti suhu siang hari yang terlalu panas dan pada malam hari yang terlalu dingin(Siregar, 2003). Sapi yang terkena penyakit demam di kelompok ternak sawed diyambo ditangani dengan cara dipanggilkan mantri untuk mengobatinya, biaya satu kali pengobatan sebesar Rp. 40.000,00.
G. Manajemen Pemasaran Sapi Dan Pupuk Kandang
Bentuk penjualan ternak pada kelompok ternak sawed diyambo sesuai dengan kebutuhan pemilik dari ternak tersebut sehingga waktu ternak untuk dijual juga sesuai dengan kebutuhan peternak sendiri. Alasan dari penjualan ternak dikarenakan oleh peternak mempunyai kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi kecuali dengan menjual ternaknya. Peternak menjual ternaknya sendiri kepada pembeli yang datang langsung ke kelompok ternak sawed diyambo. Kotoran dari ternak dikumpulkan dalam satu tempat untuk dijual sebagai pupuk kandang, harga satu kol pupuk kandang sebesar Rp. 50.000,00. Limbah peternakan berupa kotoran sapi(feses dan urin) dan sisa pakan ternak merupakan media penyebarluasan mikroorganisme patogen seperti jamur, bakteri, parasit dan bibit tanaman liar yang dapat merugikan manusia maupun ternaknya. Masalah tersebut perlu diatasi dengan cara penanganan dan pengolahan limbah ternak manjadi pupuk organik baik padat maupun cair. Pengolahan limbah selain untuk mengurangi atau mebmbersihkan mikroorganisme juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan dari penjualan pupuk tersebut (Indriani, 1999).
KESIMPULAN
Manajemen pemeliharaan babi, kambing dan sapi potong meliputi tatalaksana pemilihan bibit, penggemukan, perkandangan, pemeliharaan, perkawinan, pemberian pakan, penanganan kesehatan dan produk pemasaran. Manajemen ternak potong pada suatu peternakan harus dilaksanakan secara optimal karena keberhasilan suatu peternakan salah satunya ditentukan oleh manajemen. Manajemen yang baik yaitu tercapainya semua aspek manajemen pemeliharaan untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
AAK.2010.Petunjuk beternak sapi potong.Kanisius.yogyakarta
Abdullah, 2008. Pembuatan Jerami Padi Amoniasi Sebagai Sumber Pakan Ternak Potensial di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba,Program Penerapan IPTEKS.
Ardana, Bagus I. 2008. Ternak Babi :Manajemen Reproduksi Produksi dan Penyakit.Erlangga. Jakarta.
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2013. Budidaya Ternak Domba. Jakarta.
Dwiyanto, K. 2003. Pengelolaan Plasma Nutfah Untuk Mendukung Industri Sapi Potong Berdaya Saing. Proc.Seminar Pengembangan Sapi Lokal.Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada.
Harris , Jr.B. and Springer. F. 2005. Dairy Goat Production Guide. Vikas Publishing House P and T Ltd., New Delhi.
Ihsan, N.1997.Produksi Ternak.Fakultas Peternakan.Universitas Brawijaya
Indriani, Y. H. 1999. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta
Lubis. 1952. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan. Jakarta
Nugroho, E danWhendrato, I. 1990. Beternak Babi. . Eka Offset. Semarang.
Parakssi, 1983. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Penerbit Angkasa. Bandung
Permentan. 2014. Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang Baik. Menteri Pertanian. Jakarta
Prabowo, Agung. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Kambing. Angkasa. Bandung
Rismayanti, Yayan. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Bandung.
Sihombing, D.T.H. 2006. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press.Yogyaarta
Sihombing, D.T.H. 2007. Ilmu Ternak Babi. Cetakan ke 2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Siregar, S.B. 2000. Teknik Pemeliharaan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta
Sugeng, Y. B. 2000. Ternak Potong dan Kerja. Penbar Swadaya. Jakarta.
Toelihere, M.1993.Inseminasi Buatan pada Ternak.Angkasa.Bandung
Widi, Baliarti, Ngadiyono, Murtidjo, Budisatria. 2008. Industri Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Wijoseno, Sasongko R.,
Luh Gde Sri Astiti, Tanda Panjaitan, Achmad Muzani, dan Nurul Agustini. 2009. Beternak Kambing Intensif. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. Nusa Tenggara Barat.