Pemeliharaan Anak Kerbau ( Gudel ) Sapi Perah
Oleh Ahsin Mudrik
I. PENDAHULUAN
Kebutuhan Masyarakat akan daging terus
bertambah tiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk dan gaya hidup yang terus
meningkat memiliki korelasi positif terhadap peningkatan konsumsi daging. Kerbau
menjadi salah satu ternak yang dapat disarankan sebagai ternak penghasil daging
dan susu sama halnya denagn sapi. Sebenarnya beternak kerbau perah bukan hanya
mengharapkan air susunya tetapi ada lagi hasil lain yang tidak kurang artinya
seperti daging, tenaga, kulit, tulang, tanduk dan kotoran yang semuanya
mempunyai arti ekonomis. Selain itu, kerbau dapat digunakan sebagai sumber
tenaga pembajak areal persawahan. Tenaga kerbau ini dimanfaatkan sebagai usaha
sampingan dari mata pencaharian utama peternak.
Kerbau merupakan hewan tropik yang memiliki
daya tahan rendah terhadap cuaca panas karena kemampuan adaptasinya yang
rendah. Zona nyaman untuk kerbau
berkisar 15,5- 21 C, dengan curah hujan 2000- 5000 mm per tahun. Untuk
menyesuaikan dengan lingkungan kerbau melakukan adaptasi fisiologis dengan
melakukan perubahan tingkah laku seperti berkubang dan berbaring di tempat yang
dingin. Kerbau betina digunakan dalam breeding selama 6,8 tahun dengan interval
beranak 17,49 +- 0,06 bulan, maka selama hidupnya induk rata-rata beranak 4.5
kali. Rendahnya angka kelahiran untuk kerbau ini lah yang nantinya menyebabkan
perlunya menejemen pemeliharaan yang baik agar angka mortalitas pasca kelahiran
dapat dikurangi.
Kerbau lumpur sama dengan halnya dengan ternak lainnya
yang juga memiliki periode laktasi.
Laktasi ialah kombinasi proses sekresi air susu dari seekor induk
ternak. Periode laktasi merupakan
rentang masa laktasi pertama ke masa laktasi berikutnya dan seterusnya. Tiap-tiap periode laktasi menunjukkan
produksi susu yang berbeda dengan makin bertambahnya umur ternak
II.
PEMBAHASAN
Tingkat kesuburan seekor ternak kerbau dapat
digambarkan dari banyak sedikitnya perkawinan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan satu kebutingan. Semakin rendah nilai jumlah perkawinan per
kebuntingan maka kesuburan ternak semakin tinggi (Toliehere, 1985). Kebanyakan kerbau betina dikawini oleh kerbau
jantan sebanyak 1-2 kali. Dengan demikian dalam satu tahun dibutuhkan waktu
kira-kira selama 1-2 bulan untuk proses perkawinan secara alami agar terjadi
kebuntingan. Nilai ini hampir sama dengan hasil penelitian Ibrahim (2008)
service per conception kerbau lumpur di Sumatera Barat adalah 1,60 ± 0,05.
Pemeliharaan kerbau perah tidak jauh berbeda
dengan pemeliharaan sapi perah. Yaitu kerbau dikandangkan secra terus menerus
sepanjang hari. Untuk kebutuhan pakannya dipenuhi oleh peternak. Karena kerbau
sifatnya suka di air, maka walupun kerbau tersebut diusahakan untuk diperah
(dipelihara secara intensif) sebaiknya sekali sehari kerbau tersebut dimandikan
atau diberi kesempatan untuk berkubang (Buku Agribisnis Ternak Ruminansia
Perah, 2013).
Untuk
mempermudah manajeman dan perawatan ternak. Pemeliharaan gudel setelah kelahiran yaitu: Anak yang baru lahir harus
diusahakan agar mendapat kolostrum dari induknya. Anak kerbau yang lemah dan sukar untuk menyusu pada
induknya harus dibantu. Sebenarnya kerbau lebih mudah dilatih dari pada sapi,
dan kerbau dapat diperah di kandang atau dimana saja di tempat yang bersih. Gudel dibiarkan bersama induknya sampai umur
lepas sapih; pemberian kolustrum dan susu atau bahan cair lain
sebanyak 10% dari berat badan; penimbangan berat badan,
dan pengukuran tinggi gumba, lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pinggul
dilakukan pada saat lahir dan disapih.
2.1. Pemelihataan Kerbau Dara
Kerbau dara
perlu mendapat perhatian karena sangat mempengaruhi penampilan produksi. Kerbau
dara yang mendapat pemeliharaan yang baik dapat dikawinkan pada umur sekitar 30
– 36 bulan dengan bobot badan 300 – 350 kg. Akan tetapi pada kondisi
pemeliharaan dan makanan yang tidak baik perkawinan pertama baru bisa dilakukan
pada umur di atas 44 bulan. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi
pertumbuhan kerbau dara menurut Ambo ako (2012) yaitu:
1. Sumber
Hijauan
Dengan
pemberian pakan hijauan yang ditambahkan legum, pertumbuhan kerbau dara bisa
mencapai + 370 gram per hari. Jika ditambahkan sedikit pakan konsentrat yang
kaya energi dapat memperbaiki laju pertumbuhannya yaitu + 465 gram per hari.
2.
Penyemperotan Air
Sebaiknya
kerbau diberi banyak kesempatan untuk berkubang atau semprotan air pada
badannya. Pada peternakan kerbau yang memelihara sampai 5 ekor tidaklah
ekonomis untuk membuat suatu tempat kubangan. Sebagai gantinya kerbau
dimandikan sekali atau dua kali sehari tergantung pada kondisi lingkungan atau
badan kerbau disemprot dengan air.
3. Faktor lain
Faktor lain
yang mempengaruhi pertumbuhan kerbau dara / jatan muda
yaitu; bangsa,
jenis kelamin, keadaan iklim, susunan ransum dan jumlah pemberian pakan dan
lain-lain.
2.2. Pemberian pakan
Kerbau rawa mampu menghasilkan anak
10-15 ekor selama hidupnya dan dapat hidup sampai 25 tahun. Kerbau rawa memiliki lama bunting berkisar
antara 320-325 hari. Air susu yang dihasilkannya pun tidak mampu mencukupi
kebutuhan anak pada masa laktasi sehingga pertumbuhan anak terganggu dan
kejadian kematian terhadap anak kerbau cukup
tinggi, terutama pada umur kurang dari 3 bulan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemberian
pakan tambahan guna mencukupi kebutuhan susu anak (Hamdan, Rohaeni, Sabran,
2012). Beberapa perinsip
penting pada pemberian pakan anak kerbau adalah sebagai berikut:
1.
Pemberian
makanan disesuaikan dengan berat badan.
2.
Pemberian
makanan dengan waktu yang teratur.
3.
Hal yang
berhubungan dengan peralatan makanan harus dalam keadaan higinies.
4.
Susu yang
diberikan harus dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 39o C
5.
Pemberian susu dilakukan 3 – 4 kali sehari
sampai umur satu minggu, kemudian menjadi 2 kali perhari pada akhir umur 2
minggu, dan dilanjutkan sampai umur 60 atau 90 hari.
6.
Pemberian susu/makanan
harus sesuai dengan kebutuhan untuk mencegah kelebihan makanan selama umur satu
bulan. Air minum disediakan secara ad libitum dan alas kandang
harus senantiasa dalam keadaan kering untuk mencegah terserang radang paru-paru
(pneumonia).
7.
Anak kerbau diberi makanan hijauan kering
(hay) yang berkualitas tinggi misalnya dari leguminosa.
8.
Pemberian feed
additive yang mengandung antibiotika dalam susu atau campuran konsentrat.
9.
Anak kerbau disapih pada umur 60 – 90 hari
dengan cara pemberian susu sedikit demi sedikit sebelum umur tersebut. Pada
umur 3 bulan anak kerbau diberi calf starter 1,5 – 2 kg per hari.
2.3. Pemeliharaan Kerbau Bunting dan Beranak (Laktasi)
Hewan-hewan betina muda tidak boleh
dikawinkan sampai pertumbuhan badannya memungkinkan (dewasa kelamin dan dewasa
tubuh) untuk suatu kebuntingan dan kelahiran normal. Hal ini karena dewasa kelamin terjadi sebelum
dewasa tubuh tercapai. Umur kerbau betina pada konsepsi pertama berbeda-beda
tergantung pada manajemen pemeliharaan, penggunaan pakan, dan genetik. Umur kawin pertama kerbau rawa rata-rata 28
bulan atau 2,3 tahun. Ternak kerbau betina di Kalimantan Selatan baru berahi
pertama setelah berumur 3 tahun atau lebih lama dibanding sapi. lama bunting
kerbau rawa adalah 336 hari, rata-rata periode kebuntingan adalah 310-315 hari
dan selanjutnya dikatakan bahwa perbedaan lama kebuntingan bisa disebabkan oleh
manajemen, pakan dan iklim lingkungan. , Lama kebuntingan kerbau rata-rata
adalah 11-12 bulan. Umumnya diasumsikan bahwa lama kebuntingan adalah 330
hari dan agak lebih lama pada kerbau lumpur dibandingkan kerbau air/sungai tipe
perah. Ternak kerbau betina biasanya melahirkan anak setiap tahunnya dengan
selang beranak (calving interfal) antara 12-18 bulan anak yang lahir merupakan
produksi paling potensial bagi pengembangan usaha. Kerbau lumpur yang sedang
bunting umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Pada kebuntingan awal,
mereka tetap dapat dipakai bekerja, namun selama bagian terakhir masa
kebuntingan, mereka biasanya tidak dipakai bekerja terlalu berat.
Kesimpulan
a. Pemeliharaan kerbau perah tidak
jauh berbeda dengan pemeliharaan sapi perah, jika dipelihara secara intensif
sebaiknya sekali sehari kerbau tersebut dimandikan atau diberi kesempatan untuk
berkubang .
b. Anak yang baru lahir harus diusahakan
agar mendapat kolostrum dari induknya.
c. Kerbau dara yang mendapat pemeliharaan yang baik dapat
dikawinkan pada umur sekitar 30 – 36 bulan dengan bobot badan 300 – 350 kg.
d. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan
kerbau dara yaitu: Sumber Hijauan Penyemperotan Air, bangsa, jenis
kelamin, keadaan iklim, susunan ransum dan jumlah pemberian pakan dan
lain-lain.
Daftar Pustaka
Ambo ako. 2012. Ilmu Ternak Perah
Daerah Tropis. IPB Prss. Makasar
Buku Agribisnis Ternak Ruminansia Perah. kurikulum 2013. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Republic Indonesi
Hamdan, A., E. S., Rohaeni, dan M., Sabran. 2012. Karakteristik
kerbau rawa di Kalimantan Selatan.
Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di
Indonesia : Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ekonomi Nasional. Balai
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Kalimantan Selatan.
Ibrahim, L. 2008. “Produksi susu,
reproduksi dan manajemen kerbau perah di Sumatera Barat”. Jurnal Peternakan.
Fakultas Peternakan. Universitas Andalas.
Padang. Vol. 5 : 1-9
Murtidjo, B. A. 1989. Memelihara
Kerbau, Peneerbit kanisius, Yogyakarta.
Toelihere, M. R. 1980. Buffalo Production And Development In Indonesia.
Dalam Buffalo Production Far Small Farms. FFTC Book Series No. 15.