PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Teknologi yang semakin canggih membuat
manusia meninggalkan teknologi konvensional. Manusia memilih mesin yang lebih
mudah dan efisien dalam membantu pekerjaan sehari hari. Seperti halnya ternak
yang digunakan untuk membantu pekerjaan manusia. Sekarang ternak kerja
digantikan oleh mesin mesin canggih, meskipun ada sebagian di Indonesia yang
masih menggunakannya.
Ternak sudah dikenal sejak zaman dulu
sebagai ternak yang berdampingan dengan manusia. Selain dipelihara, ternak juga
diperuntukan membantu mempermudah pekerjaan pekerjaan manusia. Ternak yang
dijadikan ternak kerja adalah ternak yang memliki daya tahan yang kuat, besar
dan mudah dipelihara. Di dukung dengan pakannya mudah didapatkan dan tidak
berebut dengan manusia.
Perkembangan zaman juga mengalihkan
ternak sebagai mesin penghasil pangan. Daging dan susu sebagai hasil utama
produk peternakan semua dihasilkan dari budidaya ternak. Melalui pengembangan
genetik, ternak di manipulasi sebagai mesin penghasil pangan. Jeleknya,
pengembangan populasi ternak asli menurun. Manusia mengarahkan ke agribisnis
ternak, sangat jarang ditemukan peternakan murni dengan populasi banyak.
Ternak ternak yang dijadikan ternak
kerja seperti sapi, kerbau, kuda, kambing, domba. Ternak ternak tersebut tidak
semua jenisnya dijadikan ternak kerja. Ternak sering digunakan dalam menggarap
sawah dengan segenap peralatannya. Ternak yang memiliki kriteria kuat dan tahan
lama yang dijadikan ternak kerja. Untuk mengetahui lebih jauh tentang ciri ciri
kriteria ternak kerja dan perlengkapan peralatannya perlu pembahasan dalam
pengenalan ternak kerja dan perlengkapan ternak kerja.
1.2.
Rumusan
Masalah
1.2.1. Peran
ternak kerja di Indonesoa
1.2.2. Peralatan
yang digunakan ternak kerja
1.3.
Tujuan
1.3.1. Mengetahui
peran ternak di Indonesia
1.3.2. Mengetahui
peralatan yang digunakan ternak kerja
PEMBAHASASAN
2.1
Peran
Ternak Kerja
Peranan sumberdaya ternak telah terbukti
nyata sejak kehidupan manusia primitif sampai ke tingkat kehidupan modern.
Ruang lingkup dan tingkat peranannya bervariasi menurut tingkat kehidupan di
tiap daerah. Fungsi biologi ternak dalam daur ulang energi dan material
dari “biospektrum” menempatkan ternak
dalam kedudukan yang patut mendapatkan perhatian yang lebih seksama dalam
pengelolaan sumber daya. Ternak ruminansia yang dikenal sebagai ternak memamah
biak, terdiri dari ternak sapi dan kerbau (ruminansia besar) serta kambing dan
domba (ruminansia kecil). Selain daging dan hasil ikutannya, maka pupuk dan
tenaga kerja untuk mengolah tanah merupakan bahan-bahan dan jasa yang diberikan
untuk kesejahteraan manusia.
Mubyarto (1982) mengemukakan fungsi ternak
menurut jenis ternaknya. Dikemukakan bahwa ternak sapi dan kerbau dipelihara
petani untuk membantu mengolah tanah dan kalau sangat mendesak dapat dijual
oleh petani. Ternak kambing dan domba dipelihara petani
sebagai alat menabung dan menambah pendapatan.
Fungsi ternak sapi dan kerbau sebagai
tenaga kerja sudah lama diketahui. Mengenai peranan ternak sapi/kerbau sebagai
tenaga kerja, Saleh, (2004) bahwa petani yang tidak memiliki ternak hanya dapat
menggarap tanah rata-rata 0.7 hektar atau sekitar 35 persen dari luas tanah
yang disediakan. Bagi petani yang memiliki ternak, dapat menggarap 1.14 hektar.
Menurut Soewardi (1977) bahwa tanpa ternak
sapi atau kerbau, petani sesungguhnya hanya dapat menggarap 0.8 hektar, tetapi
dengan bantuan ternak sapi atau kerbau, petani dapat menggarap seluruh areal
tanah seluas 1.75 hektar yang diberikan padanya sebagai lahan usaha. Sejalan
dengan pendapat Kadarusno (1979) bahwa kemampuan rata-rata keluarga petani
untuk mengolah pertanian tanpa mempergunakan tenaga tambahan dari ternak adalah
kurang dari satu hektar, sehingga produksi tanaman pangan yang dihasilkan belum
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dari hari ke hari.
2.2 Peralatan Ternak Kerja
2.2.1
Garu
Garu adalah alat untuk menggaru yaitu menghancurkan atau
melumatkan tanah agar menjadi halus, sekaligus meratakan tanah supaya air dapat
tergenang secara merata pada tiap petakan sawah yang bersangkutan. Ditarik oleh
dua ekor kerbau, biasanya pada garu ini suka dinaiki oleh anak-anak agar lebih
berat dan tanah yang digaru akan semakin lumat. Apabila lahan sawah telah lumat
digaru, maka sawah tersebut telah siap untuk ditanami. Terbuat dari kayu
nangka, dibuat oleh penduduk setempat yang memiliki keahlian membuat garu
maupun luku. (Saleh, 2004).
Gambar
garu
2.2.2
Waluku/Bajak/Luku
Bajak atau luku
adalah alat yang biasa digunakan petani untuk mengolah tanah mereka sebelum di
tanami dengan cara membalik tanahnya. Hal ini di maksudkan agar kesuburan tanah
sawah tetap terjaga walaupun sudah di tanami tanaman beberapa kali. Bentuk
bajak sendiri biasanya berupa kayu berbentuk segitiga dengan disambungkan ke
hewan-hewan untuk menarik bajak tersebut. Hewan yang dipakai untuk membajak
sendiri biasanya yaitu hewan-hewan yang jinak tapi kuat. Seperti halnya sapi
dan kerbau.
Gambar Luku
Berdasarkan
falsafah jawa, alat yang bernama bajak ini pertama kali diperkenalkan oleh
Sunan Kalijaga. Dan pada waktu itu petani sangatlah senang karena bisa
mendapatkan teknologi baru untuk mengolah tanah mereka. Hingga saat ini bajak
atau luku ini masih banyak digunakan oleh petani untuk mengolah tanah mereka.
Walaupun tidak sedikit pula petani yang sudah beralih menggunakan teknologi
yang lebih modern yaitu traktor. Mengolah tanah dengan menggunakan bajak /
ngluku ini bertujuan untuk membalikan tanah yang sebelumnya ada di lapisan
paling atas sudah ditumbuhi rumput dan cenderung keras,dengan proses dibajak
atau di luku ini maka lapisan tanah dibawahnya naik keatas dan menjadi lebih empuk
sehingga mudah untuk ditanami bibit nantinya ( Lubis, 1966 )
Kegiatan
membajak sawah / ngluku ini mengalami banyak sekali perubahan sesuai dari waktu
ke waktu, dulu membajak sawah hanya menggunakan kayu,batu dan benda benda lain
yang lebih keras ini terjadi pada masa pra sejarah dan nenek moyang kita yang
belum mengenal peradaban industrial. Selanjutnya proses membajak sawah mengenal
logam sebagai alat menggali dan mengempukan tanah misalnya cangkul,dan bajak
kemudian berkembang lagi kearah yang lebih modern yaitu menggunakan hewan
sebagai alat menarik bajak tersebut, hewan hewan penarik bajak biasanya hewan
berkaki empat seperti, kuda, sapi, kerbau, unta, bahkan kambing dan gajah pun
turut serta sering dimanfaatkan untuk membajak sawah (Saleh, 2004)
2.2.3
Cangkul
Cangkul dalam keseharian pasti sudah tidak asing lagi dengan peralatan yang
satu ini, mari kita bahas tentang pengertian cangkul. Yang dimaksud cangkul
adalah alat tradisional yang dipakai oleh para petani untuk menggali atau
meratakan tanah, sampai sekarang cangkul masih digunakan untuk kerja menggali
maupun pekerjaan lain disawah juga diladang. Sedangkan untuk kerja-kerja yang lebih
berat biasanya dikerjakan dengan bantuan peralatan berat.
( Kadarusno. 1979 ).
Gagang cangkul terbuat dari kayu, sedangkan untuk mata cangkul dibuat dari
lempengan besi tipis berbentuk beliung, ada beberapa macam cangkul menurut
bentuk mata cangkulnya, ada yang bermata lebar dan ada juga yang matanya
berbentuk kecil tetapi agak tebal.
Gambar Cangkul
Dengan
adanya cangkul ini maka timbul pula istilah mencangkul dalam bidang pertanian,
jadi sebelum area persawahan atau ladang ditanami padi, pak tani terlebih
dahulu harus mencangkul sawahnya agar tanah menjadi gembur. Tanah yang
gembur akan memudahkan pertumbuhan akar tanaman nantinya, hal ini juga
berpengaruh pada hasil panen, jadi cangkul sangat berguna bagi para petani.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peran ternak dalam sumberdaya ternak sangat penting dalam menunjang usaha
pertanian terutama dalam menggarap sawah. Para petani di daerah transmigran
sangat membutuhkan peran tenaga kerja ternak untuk memaksimalkan penggarapan
sawah dan ladang. Peralatan yang digunakan ternak dalam bekerja menggarap sawah
adalah luku, cangkul dan garu. Peralatan disetiap daerah berbeda beda,
bentuknya pun beda tetapi fungsinya tetap sama tergantung tekstur tanahnya.
3.2 Saran
Optimalisasi sumberdaya ternak lokal sebagai penunjang pertanian dan sumber
pendapatan seperti tabungan, pupuk kandang dan transportasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kadarusno.
1979. Perananan peternakan dalam rangka
menunjang transmigrasi.
Dalam Bull. LPP, 1:27-33.
Lubis,
A. D. 1966. Peralataan penunjang ternak
dalam optimalisasi daerah transmigran.
LPP. Bogor.
Mubyarto.
1982. Pengantar ekonomi pertanian.
Penerbit LP3ES. Jakarta.
Soewardi,
B. 1977. “Integrasi peternakan dalam system usahatani terpadu”. Kertas
kerja
pada Simposium peranan ternak dalam pemulihan tanah kritis di daerah
padat
penduduk, 20 Des. Undip, Semarang.
Saleh,
Eniza. 2004. Pengembangan Ternak
Ruminansia Besar Di Daerah Transmigrasi.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera
Utara.