Laktosa (C12H22O11)
adalah gula yang diperoleh dari susu dalam bentuk anhidrat atau mengandung satu
molekul air anhidrat.
Tabel 2.2 Sifat-sifat fisika kimia laktosa ( FI edisi IV, hal. 488 )
Sifat - sifat fisik kimia laktosa
|
Keterangan
|
|
|
BM
|
343,4
|
|
Pemerian
|
Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau
atau rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudahmenyerap bau
|
|
Kelarutan
|
Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih
mudahlarut dalam air mendidih; sangat sukar larut dalam etanol;tidak larut
dalam kloroform dan dalam eter.
|
|
Kejernihan
|
Larutkan 3g
dalam 10ml air mendidih; terbentuk larutan jernih, tidah berwarna dan
tidak berbau
|
|
Laktosa, β galacotse 1,4
glukosa merupakan komposisi gula pada susu mammalia yang unik. Laktosa
merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa (Solomons, 2002).
Laktosa merupakan sumber energi yang memasok hampir setengah dari keseluruhan
kalori yag terdapat pada susu (35-45%). Selain itu, laktosa juga diperlukan
untuk absorbsi kalsium. Hasil hidrolisa laktosa yang berupa galaktosa adalah senyawa yang penting untuk pembentukan sebrosida.Serebrosida
ini penting untuk perkembangan dan fungsi otak. Galaktosa juga dapat dibentuk
oleh tubuh dari glukosa di hati. Karena itu keberadaan laktosa sebagai
karbohidrat utama yang terdapat di susu mammalia, termasuk ASI, merupakan hal yang
unik dan penting (Sinuhaji, 2006).
Laktosa hanya dibuat di
sel-sel kelenjar mammae pada masa menyusui melalui reaksi antara glukosa dan
galaktosa uridin difosfat dengan bantuan lactosesynthetase. Kadar laktosa dalam
susu sangat bervariasi antara satu mammalia dengan yang lain. ASI mengandung 7%
laktosa, sedangkan susu sapi hanya mengandung 4% (Sinuhaji, 2006).
Laktosa merupakan gula pereduksi
yang terdapat pada atom C pertama dari molekul glukosa. Seperti
diketahui laktosa merupakan disakarida yang tersusun dari glukosa dan galaktosa
dengan ikatan 1-4. Di dalam tubuh lactosa disintesis dalam kelenjar susu
(Belizt, et.al, 2009).
Laktosa dengan hidrolisis akan menghasilkan
D-galaktosa dan D-glukosa. Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi antara atom
karbon nomor 1 padagalaktosa dan atom karbon nomor 4 pada glukosa. Laktosa
mempunyai sifat mereduksi dan mutarotasi.
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan
untuk mereduksi. Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima
elektron, contohnya adalah glukosa
dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung
yang mengandung gugus aldehida
atau keton bebas. Semua monosakarida
(glukosa, fruktosa, galaktosa) dan
disakarida (laktosa, maltosa),
kecuali sukrosa dan pati
(polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula
pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktivitas enzim, yaitu semakin tinggi aktivitas enzim maka
semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang
dihasilkan selama reaksi diukur dengan menggunakan pereaks iasam dinitrosalisilat/dinitrosalycilic
acid (DNS) pada
panjang gelombang 540 nm (LehningerAL. 1982). Semakin tinggi nilai
absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula gula pereduksi yang terkandung
(Kanti A, 2005). Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas.
Adapun manfaat mengonsumsi laktosa yaitu :
·
Memberikan rasa manis
dengan tingkat kemanisan lebih rendah dari sukrosa.
·
Membantu penyerapan
natrium & kalsium.
·
Memberikan efek positif
terhadap fifiologis usus, termasuk efek prebiotik, melunakan kotoran dan
membantu mengikat air.
Sumber
Ensminger,
M. E. 1993. Diary Cattle Science. 3rd
Ed. The Interstate Publisher, Inc. Danville, United State of America.
.Kanti,
A. 2005. Actinomycetes selulolitik dari
tanah hutan Taman Nasional Bukit Duabelas. Jambi.Biodiversitas 6(2):85-89
Larson,
B. L. 1985. Biosynthesis and Cellular
Secretion of Milk. Ames: Iowa State University Press, Lowa.
Reksoatmodjo,
S.M.I. 1993. Biologi Sel. Departemen
Pendidikan dan kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan ,PendidikanTinggi.
Sinuhaji, AB.
2006. Intoleransi laktosa.
Majalah kedokteran nusantara 39, 4, 424-429.